Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Teruntuk Masa Depanku

Aku percaya ketika malam dihiasi rasi bintang dan sinar rembulan. Allah juga sedang menjagamu di sana. Dan tahukah? lisanku lirih mengeja namamu dalam setiap kepingan doa. Percayalah! Perihal rindu yang masih suci, belum ternoda debu-debu jumpa. Semoga penantian sederhana ini bermuara pada mata sungai yang jernih. Tak ada sebintik gerimis curang yang berupaya membawa kata pisah. Hingga basah pada selembar kertas rasa. Kuharap tak begitu, tak ada satu keliru yang akan datang bersama ketidakpahamanku. Malam ini, saat temaram tersiram cahaya teduh. Pada bilah-bilah sunyi yang hinggap di muka jendela kayu. Aku berbisik pada cakrawala berselimut sepi. Berharap semesta berkenan mendengar segala semoga yang mengalir pada sehelai lidah saat tengadah. Krwg/ 16.08.16 / 11.11 pm

Garis Waktu

Dan kemudian kau datang. Kau menjadi seseorang yang memorak-morandakan jagat rayaku. Dengan cara yang termanis, kau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir. Maka izinkan aku menulis untukmu, tentangmu, meski aku tidak tahu apakah surat ini akan tiba di sisi ranjangmu, atau hanya terdampar di bentangan ufuk. Izinkanlah aku mengabadikan perjalanan kita, agar aku tidak lupa bahwa suatu ketika di antara perjumpaan dan seamat tinggal, malam pernah dipenuhi senyum, senja pernah menjadi bait puisi, hujan pernah mengantarkan kerinduan, dan tangan kita pernah saling bergandengan. Di antara perjumpaan dan selamat tinggal, kita pernah sekuat tenaga berjuang menyatukan perbedaan, meski di akhiri dengan kerelaan untuk menyerah. Di antara perjumpaan dan selamat tinggal, kau dan aku pernah menjadi kita. Tuh kan, baru cuplikan awal rasanya sudah mulai roboh. Enggan beranjak, dan harus kalian ketahui satu hal yang paling kucemaskan adalah ketika berpi

Sajak Februari I

Teruntuk kamu, lelaki penggenggam masa depanku Hari ini izinkan aku menoleh kebelakang Bukan untuk mengulang Hanya sekejap mengenang Menemukan kembali arah yang pernah hilang Tentang senyum dan seutas kesedihan yang pernah datang Mungkinkah serupa dengan apa yang menyerak dalam dada Keinginan bersua sekali lagi, seraya berkata selamat Telah cukup keberanianmu untuk meminang gadis tersebut Perempuan yang kelak membenamkan kesedihanmu Februari, akhirnya aku mengerti betapa diri ini terlalu naif Mencoba melawan tinta perjalananNya tanpa terbesit bahwa Dia sebaikbaik perancang Terima kasih, sudah hadir dan melabuhkan namaku di sudut kecemasan Lantas langkah kian membisu tanpa tahu kemana arah hendak kutuju, hilang. . . . . 📝Karawang,  22 Februari 2017

Kerinduan

Gambar
Penulis ulung pernah berkata, luka adalah cara terhebat untuk bercerita. Dan benar, aku mulai merapikan ingatan dengan bahan bakar luka. Atas nama masa lalu yang kusut, hujan dan segala ketakpahaman pun beringsut, hadir sejenak menemani jemari menghapus mendung yang kau atur sedemikian rupa. Mulanya aku menyerah, langkahku sarat saat menuju kubikel bernama ikhlas.  Saat itu, hanya ada sajadah kumal yang sempat kubeli di kota bernama kenangan. Mukena cokelat yang kuperoleh dari Bukitinggi nyaris mengeluh karena jarang kucuci. Ah bukankah ini sudah malam, matahari mana yang rela menjemput basah. Aku terpaksa menahan bangkai keringat yang lama melekat, lalu menengadah di hadapanNya. Sejadi-jadinya kubiarkan bulir bening berinteraksi dari sudut bola mata kepada sang maha segala. Aku kemudian menghapus sisa-sisa kesedihan dengan punggung lengan yang gemetar. Getaran semesta kala itu begitu hebat, Tuhan apakah barusan engkau mendekapku erat? Ini pelukan hebat yang tak pernah kualami sebelu

Teruntuk Lelaki November

Gambar
Kita adalah sepasang rencana yang dipatahkan keadaan. Seperti jarak ini, aku pernah membenamkan kesedihan berkali-kali agar waktu tak pernah basah oleh penantian. Agar kau pun tenang melakukan aktivitasmu sehari-hari. Padahal ada banyak rindu yang tersemat di doadoa panjang, di antara jingga yang membentang juga pada hujan yang diarak mendung sebelum kelam menyelimuti semesta. Bagaimana bisa kau katakan aku tak sabar dalam kisah ini? kau tak perlu mengatakan aku pengecut sebab pernah abai pada rindumu. Aku juga rindu, bahkan disaat esok usiamu bertambah aku tak berani mengatakan apa-apa. Maaf keadaan ini telah membuatku lupa bahwa kau pernah menjadi bagian yang kusemogakan. Kau yang menuntunku seperti ini. Semoga tanpa sekotak kado dariku, juga puisi tentang jarak hariharimu tetap berjalan baik. Percayalah sebelum kau memikirkan tentang bagaimana keadaanku saat ini aku telah lebih dulu menuntaskan rasa bersalah ini. Bagiku semua belum usai, namun rasanya cukup membiarkan senyum ini

Biarkan Doa Yang Bersuara

Gambar
Sekarang Berganti Wali, Ayahku Sudah Tiada 😔 Bahkan untuk menyapamu saja aku tak berani. Aku siapa?  Perempuan yang gemar menerka-nerka. Seseorang yang hanya beralaskan doa saat rindu datang menyapa. Sempat terbesit dalam benak apakah kamu ikut memperjuangkan namaku atau tidak. Apakah hanya kamu sebuah nama yang mendapat ruang terbaik di hati ini? Izinkan sekali lagi menyebut namamu dari bilik penantian. Tuhan, yakinkan aku bahsa tinta takdirmu tak pernah salah. Jangan biarkan aku menelan kecewa saat rencanaku justeru berbelok pada ketetapan-Mu yang lebih ramah. Teruntuk kamu lelaki yang tengah kuselami lewat lantunan doa. Lelaki yang semoga mendapat restu Ilahi untuk membawaku ke Cinta hakiki. Aku akan tabah menjadi rumah untukmu berpulang . :))

Saat Kau dan Aku Pernah Menjadi Kita

Gambar
Bunga Depan Rumah Ketiadaanmu tak pernah kusesali. Aku bahkan mengerti semua ini hanya sebagian kecil rencana Ilahi. Jadi maaf atas semua kekhawatiran yang pernah kutujukan untukmu. Tentang kebimbangan yang juga bermuara pada namamu. Aku paham, pada akhirnya pelangi yang pernah kau gantung di langit hidupku akan tersapu waktu. Jadi biarkan aku mencoba tanpamu. Berjalan teratur seperti dulu ya saat pertama kita samasama membangun harapan.  Bersama senyum dan pertengkaran kecil kita lewati jalan berkerikil. Hingga akhirnya kau diamdiam runtuhkan benteng yang telah kita sepakati. Aku tak marah, bahkan aku tersenyum. Karena di saat kau terpuruk aku pernah menjadi bagian itu. Karena bagiku, bahagia bukan tentang menikmati hasil yang kau perjuangkan. Namun bagaimana berlayar bersama menghadapi badai sampai waktu membawa kita pada muara.

Timur 💌

Belakangan, setelah beberapa pulau menjadi gemunung penghalang. Ada harapan demi harapan yang kadang entah harus hinggap ke bahu mana. Bahkan aku ingin berjalan menyisir tepian laut yang berpagutan mesra dengan beribu pasir, putih Setulus kasih yang kau beri hingga membenam di jantung doaku Hey, kau yang kerap memintaku terjun dalam jurang rindu apa kabarmu?

Tiga Kosong Enam

Gambar
Jika ada yang bertanya, apa yang akan  kulakukan hari ini? Aku hanya ingin berbisik kepada langit, mengungkapkan bahwa aku bersyukur telah dipertemukan dengan sosok lelaki sepertimu. Er, tahukah hari ini angka1 dan 5 telah membersamai kita 306 hari. Setelah bulanbulan dan hari kemarin kita lalui dengan sarat perjuangan. Aku tak menyangka, perkenalan yang bermula dari sebuah novel kini bereplika menjadi keping-keping harapan manis. Terima Kasih untuk selalu ada dan memahami  kekurangaku. Terima Kasih untuk telinga yang senantiasa mendengar setiap rintih masalahku. Andai aku seorang pemberani, akan kuteriakan pada seluruh isi jagad, bahwa kau yang terindah, kau yang saat ini menjadi penguasa hatiku. Entah jika esok atau di lain masa. Karena aku pun sadar, setiap rencana yang kita semogakan ada ikut campur tangan sang Ilahi. Aku tak berhak melarang ketentuanNya. Andai kau tahu Er, aku tak pernah lelah menjagamu dalam doa, sering kubahasakan lewat udara hampa ketika malam kian sunyi.

Kesempatan Kedua

Bosse, apa kabar hari ini? Pasti lagi kebanjiran surat ya. Tetap semangat ya bosse, jangan bosan baca surat kami yang kadang nulis aneh-aneh. Aku senang bisa menulis surat untuk Post Cinta. Terima kasih ya untuk event yang sudah berjalan hampir memasuki 168 jam. Event yang sudah membuat aku mengasah kepekaan menulis. Bosse, ini kali pertama aku ikutan event menulis surat di post cinta loh. Berawal dari rasa penasaran yang terjadi di akhir musim februari lalu, yaitu ketika event 30 Hari Menulis Surat Cinta yang hampir selesai berjalan. Aku sangat kecewa, karena saat itu masih miskin informasi dan jarang buka twitter. Aku juga sempat menaruh keping-keping cemburu dengan penulis-penulis lain yang suratnya berhasil di post. Ah tapi kali ini aku beruntung, berkesempatan menulis surat di program #PostCintaTribu7e.Meski terlambat memperoleh info, alu bersyukur bosse masih memperbolehkan aku menulis di hari kedua hingga detik ini. Terima kasih ya bosse magang, untuk kesempatan kedua yang kud

Surat Kelima Hari Keenam

Senja kali ini, aku bingung harus merangkai kalimat apa. Padahal aku sudah berjanji akan menulis surat untukmu. Ah kenapa jemari jemari ini begitu sarat mengeja kata demi kata untukmu dik. Apa kabarmu?  Ini februari kedua tanpa bersinggungan dengan senyummu. Setelah mengenakan jubah hitam dipadu toga kebanggaan. Perjumpaan kita benarbenar terputus oleh waktu. Aku melanjutkan mimpiku dan kau masih setia menimba ilmu di kota bengkuang. Sungguh, aku heran saat pertama bersua akhirnya kau tibatiba akrab menyapaku.Tak jarang kau bilang aku kakak cantik, terlebih saat kita berjumpa di antara anak tangga menuju perpustakaan institut. Aku senang, kau selalu riang dihadapanku. Seolah saat melihatmu tak ada beban yang menyandar di pundak. Kau anggun, baik, cantik bahkan aku pernah bergumam pada hatiku kau itu tampak seperti Irish Bella. Aku yakin siapa pun adam yang melihatmu akan terpesona. Aku juga masih ingat saat kau kecewa karena aku membatalkan Tour Study ke Pekanbaru. Saat kau tak bisa

Untuk Sahabat Aprilku

Aku sudah di khitbah lo, ucapmu padaku dalam percakapan bbm.  Ah kenapa harus secepat itu, aku bahkan belum menyiapkan diri untuk menerima kenyataan hidup dengan lapang. Bukan aku tak bahagia mendapat kabar baik ini, aku bahkan langsung mengucap syukur alhamdulillah. Hanya saja aku merasa kalah dibanding kamu. Yasudah, aku tak ingin berlamalama menjadi pencemburu ulung. Ini hanya jeritan hati kecil yang enggan senyap saat melihat pembenaran waktu. Sekali lagi kukatakan, aku bahagia sangat. Akhirnya penantianmu berbuah manis. Aku masih ingat bagaimana akhirnya kamu ditinggal lelaki yang katanya akan melamarmu usai perayaan wisuda. Namun yang ada dia malah menerima perjodohan yang telah dirancang sedemikian rupa oleh keluarganya. Kamu hancur, dan aku tahu bagaimana persaanmu saat itu. Sering aku menasihatimu, kita juga sering saling menguatkan. Ah aku jadi teringat saat aku harus berjuang melawan pengkhianatan, kita harus memantaskan diri ucapmu padaku meyakinkan. Aku pun belajar mema

Sebut Saja Gadis November

Kepada sebuah nama, sebut saja gadis November. Siang ini, saat langit berselimut muram, diiringi langkah-langkah gerimis yang tak kunjung reda. Ada yang ingin kusampaikan, tentang segala rasa yang kian kicau dalam bennak. Perasaan yang kadang sulit kuterjemahkan. Entah suka, duka atau malah bercampur rempah-rempah cemburu. Ah aku bagai tak memahami apa yang mendera bathinku saat ini. Karena memang ini hanya bagian kecil dari pertanyaan hati. Yang kadang harus kucari jalan menuju pintu jawaban, atau mungkin harus kukubur dalam-dalam. Kau beruntung sekali pernah mengenal keluarganya. Kau beruntung pernah berjabat tangan dengan sesosok yang amat ingin kusapa ibu. Kau juga beruntung pernah menjadi bagian terindahnya. Tak banyak kata, kali ini aku hanya meminta maaf kepadamu. Selama ini aku selalu gemar memantau keberadaanmu dari jauh. Melihatlihat percakapanmu dengan dia. Kadang aku resah, saat kau terlihat akrab bersamanya. Berkali-kali bahkan karena kebodohan yang kucipta sendiri, per

Mantra Itu Bernama Ikhlas

Teruntuk kamu, lelaki yang pernah menetap di masa laluku,  lantas mengabadi sebagai kenangan. Dengarkan aku yang jauh dari pendengaranmu, baca dan simak apa yang akan kuutarakan. Tentang keladak-keladak bahagia, aku telah membasminya perlahan dengan sebuah mantra: ikhlas. Jika ingin membingkai nama yang lain, aku bahkan telah siap menjabat tanganmu penuh yakin. Kemudian kulepas secarik senyum,  agar kau tak salah duga bahwa aku sedang kehilanganmu. Kesendirian tidak membuatku runtuh, malah semakin kukuh dihadapanNya. Tanpamu aku merasakan banyak hal. Semisal rindu, ah lima huruf ini telah menemukan tuan rumah baru. Seseorang yang teramat asing dimatamu. Seseorang yang kelak akan menjemputku di batas penantian. Selamat menempuh hidup baru,  aku juga tak merasa sesak saat melafazkannya. Kepahitan telah memberi peran yang berbeda. Aku mampu melukis bianglala, sekalipun hujan tak kunjung tiba. Dari aku, penghuni masa lalumu. Karawang, 10 Februari 2017

Aku Masih Batuk

Timur apa kabar? Ah bahkan kalimat receh ini masih menempati ruang kosong di kepalaku. Tahukah kau?  ini hari kesekian rindu menggulung sepi sendirian. Tak apa, mungkin jeda memang tercipta untuk kita. Tanpanya kita tak pernah benar-benar mengikat jarak dengan doa, tanpanya kita tak pernah merasakan indahnya bersabar, meski kadang sulit, aku percaya penantian tercipta untuk kemudian bertemu di suatu masa. Kau tahu Timur, batuk yang hampir menyerangku satu bulan belum juga reda, katamu aku harus meminum tempias embun. Bahkan semalam aku meletakkan sebuah piring kaca cokelat di atas meja di belakang rumah. Pukul 3 dini hari aku terjaga, kuambil piring yang sudah terletak beberapa jam di luar, namun aku sempat meluncurkan tawa kecil. Embun yang katamu ada, ternyata sebutir pun tidak menghuni kawah piring. Akhirnya aku membawa masuk sembari mengucap, ah kau adaada saja. Mungkin aku masih harus berjuang menikmati deru batuk yang kadang mengguncang sekujur tubuh. Doakan aku ya Timur. D

Sepotong Perjalanan (Briefing Fasil KI Karawang #2)

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Assalamualaikum, hey,hey... setelah batuk hampir menyerang dua minggu. Aku enggak lupa kalau ada kamu yang harus aku jenguk, alhamdulillah masih diberi kesempatan menggerakan kesepuluh jemari di atas toots ini.  Hari ini aku bawa oleh-oleh dari kelas inspirasi karawang #2. Sepotong perjalanan yang berakhir istimewa. Kamu mau tahu? cekidot :P Kemarin, minggu 29 Januari 2017. Setelah malamnya menahan rindu, paginya aku sholat shubuh. Berdoa biar kamu ga ikut waktu aku lagi briefing di kantor PGN. Niatan awal aku nebeng Teh Engkay dari arah Telaga Sari, awalnya dia sempat menganggukan permohonanku. Tetiba Allah sudah merencanakan hal lain, sama saat aku kangen kamu tapi kamu malah sibuk nonton bola, eh. Kata dia, aku mau enggak dari rumah jam tujuh, karena dia divisi acara dia harus datang lebih pagi. Aku sempat bingung, kalau nebeng otomatis aku enggak bisa bantuin ibu pindahan barang lagi ke rumah si kakak. Kalau siang otomatis aku naik motor sendiri sambil naha

Delapan Belas

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Aku bahkan pernah membenci angka genap kala itu. Karena bagiku, bilangan ganjil lebih menawan. Aku terlahir di bulan dan hari ganjil, 05/03. Sementara tahun aku malas mendeskripsikannya di sini.Kau tahu berapa jumlah Nabi yang harus kita kenal? Sifat-sifat Sang Maha Segala yang berjumlah seratus kurang satu, serta jumlah langit yang ada 7 lapisan. Ah keistimewaan di atas membuatku semakin mengagumi angka-angka ganjil. Tak peduli sebagian orang mengatakan angka ganjil bilangan paling seram terlebih 13. Hidup di era kekinian kenapa masih akrab dengan kekunoan. Dan semenjak ia hadir, semenjak ia terlahir menjadi mahluk paling sederhana, aku jatuh dalam ruang tak bernama. Ruang yang kadang sukar kudefenisikan mungkinkah itu bilangan genap. Bagaimana pun niat Tuhan mempertemukan kita, pada akhirnya senyum ini harus kulabuhkan di berandamu tuan. Hey, pemilik angka 18. Aku menganggumimu tanpa alasan.

Kemarin

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Kemarin, aku tak sengaja menjenguk masa lalumu, lewat pintu rahasia yang tak sempat kita sepakati Suasana kelabu yang sempat berwarna biru, terpancar di sudut-sudut ruang kecil. Tak ada rembulan yang tergantung, hanya ada satu sinar kecil--rindu yang sempat kau nyalakan ternyata belum padam. Gemericik hujan di luar membungkam derap langkahku yang berisik. Aku berjalan tergopoh-gopoh di tengah kesunyian yang kian mempercepat cemas, di temani seribu keyakinan aku melongok dari balik pintu tua berlapis debu yang menebal. Aku tersenyum, melihat dia begitu merindumu, dia memelukmu, erat seolah tak ada seseorang di sana. Lalu seketika figura itu pecah, kau datang menghapus butir-butir kesedihannya di depan mata kepalaku. Awan pucat berarak tanpa pamit, melingkari  kelopak yang baru saja bertemu musim kemarau. Aku mundur, mencari celah untuk kabur. Kupekikkan hantaman langkah di atas kepala lantai kusam. Kau berusaha bangkit, tapi masa lalumu terlalu

Tak Ada Yang Abadi

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Seperti dandelion ini, aku berharap semua yang pernah menyakitkan akan berlalu cepat. Karena tak ada yang mengabadi kecuali sang Pelukis Hati. Hari ini jalangan basah, sisa-sisa perayaan hujan semalam masih melekat di ujung-ujung helai daun. Aku menikmati alunan udara sejuk, sesekali melempar wajah ke sudut cakrawala. Aku tersenyum, hari ini sepertinya akan cerah. mungkinkah sama di sudut paling sempit akan ada hati yang kembali bersinar. Setelah apa yang kulihat kemarin sore membuat semua terasa gelap. Tak ada yang abadi, senandung lagu Noah ini terus kunyanyikan sepanjang perjalanan menuju kantor. Entah apa yang membuatku tiba-tiba mengawali pagi dengan syair yang indah. Mungkinkah,  luka yang kualami juga akan reda? aku bertanya pada hatiku sendiri. Berharap di bentangan ufuk sana ada jawaban yang akan kudengar. Ah mana mungkin, aku nyaris menjadi si pesimis yang mendahului ketetapanNya. Usai menempuh 600 deti, aku masih terbuai dengan syair lagu ya

Tujuh Musim Bersamamu

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Beberapa hal ada yang perlu kita tutup dan lupakan, ada pula yang harus kita jaga dan senantiasa kita rayakan. Kegagalan, aku mengalaminya di masa silam. Namun hati selalu memaksa merangkak maju, mengubur dalam-dalam. Perihal tawa yang pernah membersamai, perihal tempat-tempat konyol yang pernah kita kunjungi, jangan kau lupa akan hal itu. Perdu ilalang, jalanan lengang di belakang sekolah selalu menjadi tempat favorit mengerjakan PR sekolah, ingatkah? Tapi situasinya kini berbeda, aku di sini kau jauh di sana. Dulu, sebelum ada gadget, kita tak pernah kehabisan akal bagaimana cara membunuh waktu. Menikmati sentuhan bayu, bermain rinai di poros semesta. Aku rindu, aku rindu menjadi mahluk  paling bahagia. Tanpa harus menunggu balasan chat dari seseorang yang kadang membuat kita tampak bodoh. Menanti kabar-kabar manis di beranda, lalu hanya ponsel yang menjadi sahabat karib. Kau di mana? apakah saat ini kau masih berada di kota kenangan? kota yang pe

Sepotong Kisah Yang Baru

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Kemarin, tepatnya di hari ke 23 di bulan pertama tahun 2017. Setelah bermain hujan di depan rumah (plis ini efek kelangkaan air di rumah) aku merampas semua sandal yang terpajang di rak sepatu, tanpa terkecuali. Lantas menyimpannya di dalam ember berukuran sedang, dibalut dengan warna khas oranye. Aku menaruhnya tepat di bawah air hujan yang menjuntai dari atap. Agar debu-debu yang menempel segera tanggal dan berguguran. Meski sebenarnya tak bisa tersentuh kenakalan air hujan, mungkin hanya dengan cara ini beberapa sepatu dan sendalku yang sudah lama kusam bisa kembali bersinar. Setelah menyabuninya dengan bubuk deterjen, lalu kugantung di besi-besi yang terdapat di puncak gerbang. Setelah membersihkan badan, aku mengeringkan rambut dengan handuk merah hati. Handuk yang kubeli dari pasar tradisional, handuk yang seharusnya kuberi pada kakak sepupu di Bandung. Maaf uni, adikmu nakal. Hanya karena bernilai murah, aku sempat mengurung niat pemberian i

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Judul Buku : Dawai Cinta Tanpa Nada Penulis : Ansar Siri Editor : Tiara Purnama Sari Penerbit : Mazaya Publishing House Tahun Terbit : 2016 Tebal Buku :78 halaman ISBN : 978-602-6362-09-4 Dari Mazaya Publishing, 02 Desember 2016 BLURB Cinta bagaikan ruang tak bertepi, mengandung partikel misteri yang tidak terjabarkan. Hal ini semakin pekat di sisi Mia, ketika cinta menyapa dalam balutan nada-nada syahdu. Ia menemukan kedamaian di balik pohon oak, menjadi pengagum rahasia pemuda yang ia juluki " Malaikat Pengutus Kedamaian."  Hingga waktu menghadirkan awal cerita baru, ketika pandangan mereka bertemu di satu titik. Tatapan itu berbicara, berusaha saling memaknai. Meski takdir membuatnya sedemikian pelik kemudian. Butuh waktu yang panjang, sebelum Mia menemukan akhir sebuah kisah yang dianggap usai. Mereka meleburkan segumpal tanya yang sesaki hati, meski ia tak punya jawaban, lantas akhir seperti apa yang mereka b

Tanya Itu Masih Ada

Gambar
 Oleh : Maria Ulfa Tak ada yang pantas tertulis, kecuali dengan ucapan syukur yang sedalam-dalam. Entah kenapa akhir-akhir ini saya banyak dihujani pertanyaan,  banyak di antaranya menanyakan kabar. Kadang saya bingung, sebegitu berhargakah nama saya masuk dalam jajaran pertemanan mereka. Padahal mereka hanya sebatas orang yang saya kenal. Tapi alhamdulillah, Allah telah mempertemukan saya dengan mereka yang masih peduli. Pertama Yeli Trimayanti, sahabat semasa putih abu-abu. Perempuan dengan tubuh mungil ini lulusan  Farmasi di Surakarta. Dia anak seorang PNS, ayah dan ibunya dikaruniai profesi seorang guru.  Meski keberadaanya cukup mewah Yeli tak pernah pongah, ia mempunyai jiwa yang tulus dan membumi. Kemarin ba'da Ashar sepulang kerja dari arah Teluk Jambe saya membuka pesan di facebook. Tiba-tiba dia yang sudah lama terhalang jarak menanyakan kabar, katanya dia lagi di Karawang. Berhubung batrai ponsel lemah saya membiarkan pesan itu kesepian tanpa ada jawaban. Usa

Kuharap, Langkah Kita Tetap Beriringan Menggapai SyurgaNya

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Maaf untuk kabar yang sengaja kusembunyikan. Bukan tak mengingatmu. Banyak yang harus kutuntaskan, terlebih memantaskan diri untuk bersisian dengan namamu di halaman undangan. Ah kenapa secepat itu mengingat kata pelaminan di musim ini.  Aku tak memaksamu untuk datang melamarku dengan cara cepat, yang ku mahu kau telah siap melangkah, menerima setiap kekurangan yang ada padaku. Kuharap, kau tak pernah lelah mendengar rengek manja statusku, bukan karna tak dewasa, karena hanya dengan cara itu aku menelurkan beberapa karya. Aku juga mau, kau tak membohongi hatimu akan hatiku. Sebab bukankah telah lama, dua jiwa kita menyatu dalam ikrar yang terjaga. Semoga semesta dan seluruh alam raya mengaamiini  do'a-do'a kita.

Teruntuk Kamu, Sahabat Septemberku

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Sahabat, jika hari ini aku tak seramah dulu, bukan berarti aku sedang menuju lupa. Banyak yang sedang kuselesaikan, menata ulang jalan hidup ke arah masa depan yang gemilang. Aku bukan kamu, yang dengan mudah melanjutkan cita-cita tanpa ada kerikil tajam yang menghadang. Ah aku tidak iri, atau tidak mensyukuri apa yang telah kudapati. Hanya saja perasaan setengah ingin memiliki itu sedang menghantui. Tapi bathinku selalu yakin, tak ada seperak pun yang sia-sia. Termasuk saat kehilangan hal-hal yang teramat kita suka. Yang hilang akan segera tergantikan, dengan tetap melibatkanNya dalam setiap urusan hidup.   Jika kamu menganggap semua telah benar-benar usai, itu hak kamu. Karena serumit apa pun, dan sesulit apa pertemanan kita. Aku tetap merekatkanmu pada kertas persahabatan. Terima kasih pernah membingkai namaku pada lembar persahabatanmu. Oh iya, aku lupa ada yang ingin kusampaikan. Saat usiamurtambah angka di belakang, aku telah menulis beberap

Maukah Kamu Melewati Masa-Masa Sulit Bersamaku?

Gambar
Percayalah, tak akan ada alasan untukku  berhenti memikirkanmu. Mengikutsertakanmu namamu dalam setiap doa yang terpanjat pagi hingga petang. Tak peduli, seburuk apa penilaian orang lain terhadapmu. Saat kau benar-benar terjatuh, aku ingin selalu ada menjadi rumah tempat kau berpulang, menemanimu menata ulang langkah demi langkah. Merapikan kembali beberapa ingatan yang pernah terluka oleh ancaman dunia.  Hey, aku juga tak sesempurna yang kau pikir. Aku hanya gadis biasa yang terlahir dari perut seorang perempuan miskin. Tapi dia yang kupanggil ibu selalu memberiku masukan-masukan hebat. Mengajarkanku untuk tidak menjadi si peminta-minta, tetap berlaku bajik pada sesama. Bukankah akan lebih indah, jika kebahagiaan yang kita miliki dapat dirasakan oleh orang di sekitar kita. Aku bahkan tak pernah merasa takut jika seluruh kebahagiaanku bisa kuwakafkan kepada orang lain, terlebih kamu. Aku akan merasa sangat lega bisa menghalangi kesulitanmu. Barangkali, ketika Tuhan menciptaka

Surat Kecil Untuk Timur

Gambar
  Selamat siang, bagaimana cuaca di kotamu? masihkah mendung bertahta di sudut cakrawala? atau mungkin sang mentari sedang menyiram wajah-wajah kota. Langit siang di kotaku semakin teduh. Gumpalan awan pekat serasa berada tepat 5 cm di atas menara kepalaku. Kuharap, bagaimana pun cuaca hari ini, akan lebih indah jika kita merapal syukur. Dan kau tidak memberhentikan langkah saat hujan membasahi halaman semesta. Hari ini, jujur ada hal yang harus kukerjakan. Menjadi bagian relawan panitia membuat aku harus turun tangan membantu setiap divisi. Kemarin aku memberanikan diri, membantu tim merchandise membuat e commerce. Tak ada dalih terbesar mengapa hasrat begitu menggebu. Aku hanya ingin menolong mereka. Aku pikir fasilitas wifi di kantor sayang jika harus dihabiskan dengan melihat postingan yang sudah-sudah. Selaras dengan tujuh konsep kelas inspirasi, satu di antaranya adalah siap belajar.  Aku yakin pengetahuanku tentang dunia pemasaran masih terbilang dangkal. Sebelum men

Tahun Berganti ^^

Gambar
Assalamualaikum, Alhamdulillah masih berkesempatan memasuki tahun ganjil di 2017. Enggak banyak palnning, sederhana aja. Ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Istiqomah dalam ibadah. Makin sering baca, rajin nulis juga. Dan rindu semoga cepat reda ya wkwk.  Oya izinkan aku merekam mermori 2016 dulu ya, bisa dikatakan 2016 adalah tahun terhebat yang pernah kulewati. Bermula Januari, saat itu aku harus mengakrabi jarak dengan ibu, tinggal di Karawang bersama abang lelaki tertua, saat berangkat kerja harus di antar. Kadang si kakak juga telat nyampe kantor. Masalah demi masalah semakin deras. Hanya sabar dan syukur penghalang putus asa saat itu. Kadang ketika jenuh mulai melanda batas kenyamanan, doa dan suara ibu sebagai penyembuh.  Alhamdulillah, Februari aku sudah kebeli sepeda motor, meski bekas yang penting kebermanfaatannya. Aku senang saat itu tabunganku 2,5 juta selebihnya abang lelakiku yang menanggung pembayaran saat melakukan transaksi. Bertah