Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Beginilah Keseharian Polisi di Karawang

 Oleh : Maria Ulfa Pagi dengan udara sejuk kota Pangkal Perjuangan, saat burung-burung tengah asik bersahut di atas ranting pohon seri, kulajukan mio hijau ke arah lampu merah dekat terminal Klari, sayang jalan penyebrangan di tutup oleh sejumlah polisi lalu lintas dan petugas dinas perhubungan, aku memutuskan untuk menunggu karena biasa waktu penutupan jalan tidak lebih dari setengah jam pukul 07.00 -07.30 WIB namun hari ini ada yang berbeda, saat kulihat arloji hitam di sebelah tangan kanan, waktu telah menunjukan pukul 07.42 WIB. Dengan nada kecewa kuputar kunci bergantung kitty ke arah tulisan on, aku menuju tanjakan sebelah kiri arah ke Cikampek, memutar belok tubuh mio. Seperti biasa aku menggunakan masker kuning, helm merah dan sarung tangan berwarna hijau, aku tau cuaca di Karawang tak seramah tempat aku dilahirkan. Salah satu desa terpencil yang ada di Sumatera Barat , Dharmasraya tepatnya di Desa Telaga Biru, selaras perkembangan zaman kini berganti nama menjadi Nagari K

Sebuah Sinar

Oleh : Maria Ulfa   Bagaimana mungkin aku menolak sebuah sinar   sementara aku butuh setitik cahaya   ketika berada di lorong kegelapan   Tapi, sinar itu masih belum layak menyinari   Ada beberapa asbab yang harus terpenuhi   Biar, biarlah aku berada dalam pekat gulita   Sejatinya Tuhanku masihlah ada   Setitik ayat yang termaktub dalam kitab suci   Mampu berpijar lebih pendar   melebihi gemerlap bintang-bintang   yang terhampar di dada malam   Karawang, 26 Maret 2016  

Untukmu Seorang Sarjana

Oleh Maria Ulfa Kita pernah berdiri selaras di tanah-tanah perjuangan Menimba ilmu tanpa batas melawan aral dan rintagan Mengukir mimpi-mimpi meraih tujuan-tujuan  Kadang tertatih-tatih kadang juga bangkit   Melepas debu-debu putus asa Yang menempel pada dinding pengorbanan Sahabat, ini harimu Hari yang sudah lama kau tunggu-tunggu Setelah beberapa tahun silam kau diam terpaku Hanya untuk suatu gelar baru ya Sarjana.. Kau sudah sarjana sahabat tak banyak yang kupinta Pandai-pandailah dalam berkata gunakan ilmu semaksimalmu Sebarkan benih-benih kebajikan di ladang kehidupan Karawang, 26 Maret 2016

Tanpamu Aku Bisa

Tulalit tulalit, kurang lebih seperti itu bunyi dering ponsel samsung berlipat, berwarna putih susu. Kurogoh saku kanan dengan tangan gemetar kutatap layar ponsel, nol delapan sekian-sekian memanggil, tanpa berpikir panjang kuangkat "Assalamualaikum" ucapku sambil mengelus dada takut jantungku lepas karna yang menelpon orang terpentimg di hidupku, sesekali aku mengerjap-ngerjapkan mata, semua terasa dalam mimpi orang yang selalu kukemas dalam doa akhirnya menghubungi. "Waalaikumsalam" jawabnya pelan dari dalam suara ponsel. Tak banyak yang kami bahas durasinya pun hanya 00.03.05 detik saja, seperti sahabat kebanyakan kami menanyakan perihal kabar dan lainnya, sampai akhirnya "maaf neng kok putus-putus abang matian lu dih, beko di sambuang liak." Belum sempat kujawab pertanyaanya panggilan telah di akhiri. Seusai itu, mataku hanya tertuju pada layar ponsel berharap ia tak membohongiku, 1 menit berlalu 2, 3, empat dan 5 menit pun ber

Menyambut Hari Air Sedunia Kota Padang Justru di Landa Banjir

Keterkagumanku terhadap hujan tak kan sirna, walau kini hal yang kusuka menoreh luka di hati para korban banjir di Kota Padang, maafkan dirimu untuk tidak mengutuk ketentuanNya ingat bukankah dia yang maha tahu atas segala perkara, barangkali Tuhan sedang menegur kita apakah selama ini kita sudah benar memanfaatkan kekayaan alam dengan baik atau tidak, di sini saya lebih cenderung berpikir positif saja sebab apa, dibalik rencanaNya yang hebat walau berpuluh-puluh bulir menetes di pipi kit a akan tiba masanya kita tersenyum kecil mengatakan bahwa aku bersyukur Tuhan telah mengujiku, telah mendatangkan bencana di Negriku ada satu hikmah yang menjadi pengalaman pribadiku beberapa tahun silam semasa aku  duduk di bangku perkuliahan, kos-kosanku yang letaknya tak jauh dari kampus jika hujan menerpa alhamdulillah selalu mendapat jatah banjir, kami berhamburan keluar kamar, berkumpul bersama dengan tetangga kos yang tadinya hanya cuek-cuekan kami saling tegur sapa mengecek setiap

Cerita Sore Menjelang Sunset

Tadi, seusai kerja tepatnya pukul empat sore aku tidak langsung pulang ke rumah, dengan wajah lelah berselimut peluh kulajukan sepeda motor mio berwarna hijau ke arah toko barang-barang, aku lupa nama toko itu apa. Kutanggalkan helm berwarna merah memudar maklum aku belum punya helm ini pun masih meminjam helm kakakku, kubuka masker penutup mulut bergambar helo kitty berwarna kuning lembut bercampur merah jambu. "Pak ada gelas yang pakai tutup ndak"? ujarku sambil melihat ke tumpukan gelas-gelas dan piring plastik di atas rak-rak, "ga ada neng eh maksud bapak gelas apa sih maaf bapak sudah tua kurang mendengar" si bapak tua itu merasa bingung jelas2 tadi kubilang gelas yang pakai tutup "maksud saya pak di toko bapak ini ada ndak jual gelas mug yang pakai tutup, aku kembali menjelaskan apa yang sudah kusampaikan sebelumnya, "oh mug pakai tutup neng banyak nih liat saja sebelah kanan", sambil menunjuk beberapa bentuk gelas yang tersedia di

TAUKAH

Oleh : Maria Ulfa Taukah? Setiap malam aku harus berbincang dengan sunyi Memutar melodi-melodi sepi Mengusir serdadu-serdadu pedih Mengelupas rindu dari kulit-kulit ingatan membolak-balik kenangan agar tumpah ke lautan tabah Taukah? Di malam nan temaram Entah berapa kali namamu Kusulam lewat doa paling tekun Kueja kurangkum penuh ingin Kukabarkan lewat desir paling angin Lihatlah Tataplah purnama tua Lewat cahayanya yang pendar Telah kutitip seikat bahagia paling mekar Untukmu seseorang yang telah sukar kumiliki.

Sebuah Penyesalan

Sesuai dengan tema di atas sebuah penyesalan, itulah yang saat ini aku rasakan, bukan tentang cinta atau kepedihan hidup. Ini tentang kegemaran aku terhadap membaca, aku yang kini bekerja di salah satu perusahaan yang ada di kota Pangkal Perjuangan sedang memaki diri sendiri,pertanyaan demi pertanyaan timbul tenggelam dalam bennak, mengapa tidak dari dulu kutanamkan dalam hati bahwa membacca adalah berguna sekali, bukan hanya itu aku juga memarahi hatiku mengapa juga tidak dari dulu minat membaca ku menggebu. Walau begitu sekarang aku tersadar ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita jelaskan hanya dengan sebuah lisan atau kata-kata, semua juga harus di terjemahkakan dalam sebuah tulisan, terangkai indah dengan bahasa yang menarik. Menulis adalah perjalanan yang kutempuh saat ini, karena dengan menulis hati yang gaduh menjadi lebih teduh, dan untuk bisa menulis tentunya kita harus kaya akan beberapa pengetahuan yang tentu semua bermula dari membaca. Namun alhamdulillah patah

My New Hijab

Sepulang kerja, seperti biasa aku berjalan melewati pos satpam "Ga di jemput neng? kata salah seorang security yang sedang mengayunkan kaki di sebuah bangku berwarna coklat, memakai seragam putih bertopi hitam, namanya tidak begitu jelas terlihat "Iya pak, paling rada sorean pak mangga uih heula" ujarku sambil mengotak-atik layar ponsel. Perutku berbunyi tanda lapar mulai memanggil, tadi siang ketika jam istirahat aku memang sengaja tidak makan, maklum kantorku jauh dari tempa t orang-orang berjualan. Kulirik arloji hitam di sebelah tangan kananku waktu masih menunjukkan pukul 15.48 masih tersisa 12 menit sebelum kang Dadan menjemput. Aku clingak clinguk ke kanan dan kiri berharap ada tukang lotek atau yang mengenyangkan pertama kujumpai tukang mpek-mpek, aku enek kemarin sebelum pulang sudah membeli, rambutan aku kan butuh karbohidrat, es dawet aku alergi minum es, siomay enak sih tapi kurang banyak mana harganya tidak sesuai aku terus berjalan sambil mena
Entah sudah berapa ratus kali hari ini aku bersendawa, rasanya ya kok ndak enak betul makan tidak selera apa-apa malas bawaanya mondar-mandir ke kamar mandi sampai kloset pun bosan menatapku, dua gelas teh pahit sudah habis kuteguk apalagi mungkin aku butuh kerokan tapi apa daya aku tinggal bersama kakak lelakiku, mana mungkin aku meminta tolong kepadanya untuk mengerok, istrinya? tidak mungkin teh nining juga sedang mengidap penyakit keras gagal ginjal hampir tiga tahun lebih ia hidup dengan kesakitan dua minggu sekali cuci darah, setiap kali sepulang cuci darah tubuhnya gontai jadi ndak mungkin aku menyuruhnya untuk mengerok, anaknya? dua-duanya juga laki-laki yang satu kelas dua SD namun postur tubuhnya setara dengan anak kelas tida SMP, gembrot hobinya makan telor jajanya pun banyak tapi satu yang kusuka dia rajin mengaji sementara anak kakakku yang satu lagi kelas dua SMK tubuhnya tinggi bersih, tampan rambutnya cepak mirip dengan kakakku hobinya menyimak siaran bola

TERIK

di terik laju layarku sepasang camar singgah berbisik lembut di telinga   menghentikan perjalanan mengabarkan bahwa   dermaga telah ditutup   aku bisa apa, selain memutar balik arah awak kapal yang kukayuh
Kubiarkan langit berubah gelap Kubiarkan camar-camar kabur dari laut Kubiarkan hujan terus jatuh menyapu jejak-jejakmu yang tinggal Kubiarkan angin mengembuskan rindu  berbisik nakal di telingaku Sampai akhirnya aku tak lagi  merasakan semua kalau telah kututup mata ku bungkam mulut-mulut tapi mengapa kau yang terlihat terdengar di setiap bulir embun pagi yang segar yang mengalir dan menempel pada punggung jendela pagi

Syukur

Oleh Maria Ulfa Aku pernah berada di posisi mereka tertawa terbahak merasa bahagia sedetik pun   tak mengenal kalimat luka Tetapi aku tersadar bukankah hidup bagai roda setiap hari  berputar kita bisa saja singgah dan mampir di keadaan semula   Yakinlah dunia tak melulu soal tawa air mata juga perlu berbicara semua sudah ada yang mengatur pandai-pandailah  merawat syukur

AYAH

Oleh : Maria Ulfa bersimpuh aku di kaki malam bersujud aku di atas keheningan sunyi menghentak sepi memberontak o angin kabarkan rindu pada lelaki tua disetiap rukuk dan sujud namanya tersusun indah doa wangi kujabar kusebar penuh sabar ayah rindukah ayah pada aku yang bocah

IBU

Oleh: Maria Ulfa Kerut di wajahmu Uban yang tumbuh Di kepalamu Serta hal-hal Yang pernah jatuh di pipimu Adalah beban Kau tahan kau pikul Berpuluh-puluh tahun Kau tampung Kau tanggung Dari aku yang tak tau di untung Karawang, 08 Maret 2016

My Day is Today

Gambar
          Tadi pagi, saat masih dini aku tersentak sekitar pukul 3 malam, mataku masih berat untuk membuka kedua kelopak, aku berusaha mencari ponsel lipat bermerk samsung, tiba-tiba muncul tulisan 3 panggilan tak terjawab dari sahabatku bernama Tuti dia sabhabatku semasa kami berada di bangku perkuliahan orangnya asyik cukup energik dan juga baik, selain tiga panggilan tak terjawab juga ada pesan masuk, intinya mengucapkan selamat ulang tahun untukku, aku bahagia Tuti masih ingat dengan hari ini tak lama aku mengaktifkan paket data internet, dan mendapat ucapan yang serupa dari tuti, terlihat display picturenya foto bersamaku, aku memakai baju berwarna hijau lumut, bermotif kuning pecah-pecah, sementara dia mengenakan kemeja merah jambu kotak-kotak, aku masih ingat foto itu di ambil tahun 2012 di asrama kampus di sebelah fakultas dakwah, aku tersenyum ternyata Tuti  memang peduli walau kami sering beradu argumen tapi itulah sahabat hanya jeda dalam sesaat. waktu masih menunjukkan

Postingan saya di twitter @mriaulfaaff

Karya: Maria Ulfa #Layar maka kulepas perahu kalbu melaju layar menyusur sungai-sungai kehidupan mencari induk atas segala debar #Gerhana Gerhana terbelah bulan menghimpit dada surya Tapi langitku takkan gelap bulat netramu masih lentera #Tembang Senja telah menjauh kesedihan ditelan temaram rembulan memutar tembang kenang rindu menikam dalam-dalam #Malam Aku menduga pada tiap-tiap huruf namamu  mengandung senyawa kafein;  saat mengejanya mataku sukar memejam.   #Kopi   Di sela-sela desir,  namamu masih saja usil diam-diam mengalir  menyelinap pada secangkir kopi yang kuminum.

Kelak

Oleh Maria Ulfa Entah, sudah berapa puluh bahkan jutaan mil rindu-rindu bernaung di jantung malam memekik sunyi-sunyi memutar melodi sepi Kamu namamu masih saja usil mengalir lembut menyelinap di dadaku yang laut akan engkau Kelak angin akan berbisik halus di telingamu mengatakan bahwa kau satu-satunya nama yang terbentang luas diantara sujud dan doaku Karawang, 04 Maret 2016

Indahnya Berbagi

Gambar
  Sekilas tentang para pengemis atau apalah namanya, jujur saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan latar belakang kehidupan mereka seperti apa, apakah mereka memang benar2 berasal dari kalangan tak berada, atau hanya pura-pura belaka. Adalah tidak penting untuk kita sebagai umat muslim mempertimbangkan hal demikian, masalah dia berbohong ialah beban yang akan mereka pikul kelak di akhirat, tetap tugas kita adalah menolong sesama bagi siapa saja yang membutuhkan. Ingat mereka yang kita beri memang tidak akan membalas, dan jangan sampai kita mengharap imbalan biar Allah yang membalas kebajikanmu. Bukankah Rasul pernah bersabda dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “ Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahk annya di dunia dan di akhirat . Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti

Harapku Masih Kau

 Oleh: Maria Ulfa Ialah bonus jika rupamu tampan, jauh sebelum kita bertemu rasa itu telah tumbuh, seperti air ia mengalir begitu saja. Cinta tak mengenal rupa, harta bahkan tahta. Cinta juga bukan tentang seberapa lama kita mengenal, seberapa banyak kita bersama tapi tentang seberaba besar kita merasa bahwa diri kita nyaman. Aku memulai rasa ini tersebab karena kau yang memulai lebih dulu, beberapa bulan silam kau selalu ada, menampung cerita-cerita aneh dariku, kau juga sempat mengungkapkan satu hal yang bahkan sampai detik ini masih bergeming. Ah sudahlah, aku memang gemar mengulas cerita lalu. Kali ini aku hanya ingin mengatakan tak perlu kau cegah rasa ini, entah itu cinta atau rindu, jika sudah sampai pada waktunya, ia akan berhenti mengalir membendung semua rasa menjadi air mata kehilangan, tetaplah tersenyum kapanpun kau terjatuh tanganku masih sedia menerima keluh dan kesahmu. Tetaplah seperti itu, diam dan terus diam, bahkan sikapmu yang seperti ini justru memb

Selamat datang musim ku sayang ^_^

Gambar
  Semilir subuh menepuk-nepuk pundak, mataku masih lengket dan sembab semalam aku menangis sebab rindu dengan Ibu. Waktu menunjukan pukul 4.30 WIB surau-surau berkumandang, aku bangkit mengambil air suci. 2 rakaat telah usai, mataku liar mencari sebuah ponsel ternyata batrai 20%, aku mengisi daya. Chargerku tak layak pakai tikus-tikus lapar pernah menggigitnya, kubalut dengan solasi berwarna hitam. Dari luar jendela buram suara berisik hujan kecil menyambut pagi. Burung-burung masih ricuh menyongsong fajar. aku terkulai lemah berniat melanjutk tidur, semalam aku lupa makan gorengan bakwan cukup membuatku kenyang walau sebentar. waktu terus bergulir aku ke belakang melakukan aktivitas di dapur, mencuci piring baju dan menyapu lantai.Hujan tak juga reda, agin bertiup kencang membelai pucuk-pucuk daunmangga. Aku bergegas mandi, kemeja merah jambu melekat ditubuhku, kerudung hitam kupakai dengan gaya tak menentu. Aku masih cemas mengapa langit tak juga menghentikan kesed