Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Timur 💌

Belakangan, setelah beberapa pulau menjadi gemunung penghalang. Ada harapan demi harapan yang kadang entah harus hinggap ke bahu mana. Bahkan aku ingin berjalan menyisir tepian laut yang berpagutan mesra dengan beribu pasir, putih Setulus kasih yang kau beri hingga membenam di jantung doaku Hey, kau yang kerap memintaku terjun dalam jurang rindu apa kabarmu?

Tiga Kosong Enam

Gambar
Jika ada yang bertanya, apa yang akan  kulakukan hari ini? Aku hanya ingin berbisik kepada langit, mengungkapkan bahwa aku bersyukur telah dipertemukan dengan sosok lelaki sepertimu. Er, tahukah hari ini angka1 dan 5 telah membersamai kita 306 hari. Setelah bulanbulan dan hari kemarin kita lalui dengan sarat perjuangan. Aku tak menyangka, perkenalan yang bermula dari sebuah novel kini bereplika menjadi keping-keping harapan manis. Terima Kasih untuk selalu ada dan memahami  kekurangaku. Terima Kasih untuk telinga yang senantiasa mendengar setiap rintih masalahku. Andai aku seorang pemberani, akan kuteriakan pada seluruh isi jagad, bahwa kau yang terindah, kau yang saat ini menjadi penguasa hatiku. Entah jika esok atau di lain masa. Karena aku pun sadar, setiap rencana yang kita semogakan ada ikut campur tangan sang Ilahi. Aku tak berhak melarang ketentuanNya. Andai kau tahu Er, aku tak pernah lelah menjagamu dalam doa, sering kubahasakan lewat udara hampa ketika malam kian sunyi.

Kesempatan Kedua

Bosse, apa kabar hari ini? Pasti lagi kebanjiran surat ya. Tetap semangat ya bosse, jangan bosan baca surat kami yang kadang nulis aneh-aneh. Aku senang bisa menulis surat untuk Post Cinta. Terima kasih ya untuk event yang sudah berjalan hampir memasuki 168 jam. Event yang sudah membuat aku mengasah kepekaan menulis. Bosse, ini kali pertama aku ikutan event menulis surat di post cinta loh. Berawal dari rasa penasaran yang terjadi di akhir musim februari lalu, yaitu ketika event 30 Hari Menulis Surat Cinta yang hampir selesai berjalan. Aku sangat kecewa, karena saat itu masih miskin informasi dan jarang buka twitter. Aku juga sempat menaruh keping-keping cemburu dengan penulis-penulis lain yang suratnya berhasil di post. Ah tapi kali ini aku beruntung, berkesempatan menulis surat di program #PostCintaTribu7e.Meski terlambat memperoleh info, alu bersyukur bosse masih memperbolehkan aku menulis di hari kedua hingga detik ini. Terima kasih ya bosse magang, untuk kesempatan kedua yang kud

Surat Kelima Hari Keenam

Senja kali ini, aku bingung harus merangkai kalimat apa. Padahal aku sudah berjanji akan menulis surat untukmu. Ah kenapa jemari jemari ini begitu sarat mengeja kata demi kata untukmu dik. Apa kabarmu?  Ini februari kedua tanpa bersinggungan dengan senyummu. Setelah mengenakan jubah hitam dipadu toga kebanggaan. Perjumpaan kita benarbenar terputus oleh waktu. Aku melanjutkan mimpiku dan kau masih setia menimba ilmu di kota bengkuang. Sungguh, aku heran saat pertama bersua akhirnya kau tibatiba akrab menyapaku.Tak jarang kau bilang aku kakak cantik, terlebih saat kita berjumpa di antara anak tangga menuju perpustakaan institut. Aku senang, kau selalu riang dihadapanku. Seolah saat melihatmu tak ada beban yang menyandar di pundak. Kau anggun, baik, cantik bahkan aku pernah bergumam pada hatiku kau itu tampak seperti Irish Bella. Aku yakin siapa pun adam yang melihatmu akan terpesona. Aku juga masih ingat saat kau kecewa karena aku membatalkan Tour Study ke Pekanbaru. Saat kau tak bisa

Untuk Sahabat Aprilku

Aku sudah di khitbah lo, ucapmu padaku dalam percakapan bbm.  Ah kenapa harus secepat itu, aku bahkan belum menyiapkan diri untuk menerima kenyataan hidup dengan lapang. Bukan aku tak bahagia mendapat kabar baik ini, aku bahkan langsung mengucap syukur alhamdulillah. Hanya saja aku merasa kalah dibanding kamu. Yasudah, aku tak ingin berlamalama menjadi pencemburu ulung. Ini hanya jeritan hati kecil yang enggan senyap saat melihat pembenaran waktu. Sekali lagi kukatakan, aku bahagia sangat. Akhirnya penantianmu berbuah manis. Aku masih ingat bagaimana akhirnya kamu ditinggal lelaki yang katanya akan melamarmu usai perayaan wisuda. Namun yang ada dia malah menerima perjodohan yang telah dirancang sedemikian rupa oleh keluarganya. Kamu hancur, dan aku tahu bagaimana persaanmu saat itu. Sering aku menasihatimu, kita juga sering saling menguatkan. Ah aku jadi teringat saat aku harus berjuang melawan pengkhianatan, kita harus memantaskan diri ucapmu padaku meyakinkan. Aku pun belajar mema

Sebut Saja Gadis November

Kepada sebuah nama, sebut saja gadis November. Siang ini, saat langit berselimut muram, diiringi langkah-langkah gerimis yang tak kunjung reda. Ada yang ingin kusampaikan, tentang segala rasa yang kian kicau dalam bennak. Perasaan yang kadang sulit kuterjemahkan. Entah suka, duka atau malah bercampur rempah-rempah cemburu. Ah aku bagai tak memahami apa yang mendera bathinku saat ini. Karena memang ini hanya bagian kecil dari pertanyaan hati. Yang kadang harus kucari jalan menuju pintu jawaban, atau mungkin harus kukubur dalam-dalam. Kau beruntung sekali pernah mengenal keluarganya. Kau beruntung pernah berjabat tangan dengan sesosok yang amat ingin kusapa ibu. Kau juga beruntung pernah menjadi bagian terindahnya. Tak banyak kata, kali ini aku hanya meminta maaf kepadamu. Selama ini aku selalu gemar memantau keberadaanmu dari jauh. Melihatlihat percakapanmu dengan dia. Kadang aku resah, saat kau terlihat akrab bersamanya. Berkali-kali bahkan karena kebodohan yang kucipta sendiri, per

Mantra Itu Bernama Ikhlas

Teruntuk kamu, lelaki yang pernah menetap di masa laluku,  lantas mengabadi sebagai kenangan. Dengarkan aku yang jauh dari pendengaranmu, baca dan simak apa yang akan kuutarakan. Tentang keladak-keladak bahagia, aku telah membasminya perlahan dengan sebuah mantra: ikhlas. Jika ingin membingkai nama yang lain, aku bahkan telah siap menjabat tanganmu penuh yakin. Kemudian kulepas secarik senyum,  agar kau tak salah duga bahwa aku sedang kehilanganmu. Kesendirian tidak membuatku runtuh, malah semakin kukuh dihadapanNya. Tanpamu aku merasakan banyak hal. Semisal rindu, ah lima huruf ini telah menemukan tuan rumah baru. Seseorang yang teramat asing dimatamu. Seseorang yang kelak akan menjemputku di batas penantian. Selamat menempuh hidup baru,  aku juga tak merasa sesak saat melafazkannya. Kepahitan telah memberi peran yang berbeda. Aku mampu melukis bianglala, sekalipun hujan tak kunjung tiba. Dari aku, penghuni masa lalumu. Karawang, 10 Februari 2017

Aku Masih Batuk

Timur apa kabar? Ah bahkan kalimat receh ini masih menempati ruang kosong di kepalaku. Tahukah kau?  ini hari kesekian rindu menggulung sepi sendirian. Tak apa, mungkin jeda memang tercipta untuk kita. Tanpanya kita tak pernah benar-benar mengikat jarak dengan doa, tanpanya kita tak pernah merasakan indahnya bersabar, meski kadang sulit, aku percaya penantian tercipta untuk kemudian bertemu di suatu masa. Kau tahu Timur, batuk yang hampir menyerangku satu bulan belum juga reda, katamu aku harus meminum tempias embun. Bahkan semalam aku meletakkan sebuah piring kaca cokelat di atas meja di belakang rumah. Pukul 3 dini hari aku terjaga, kuambil piring yang sudah terletak beberapa jam di luar, namun aku sempat meluncurkan tawa kecil. Embun yang katamu ada, ternyata sebutir pun tidak menghuni kawah piring. Akhirnya aku membawa masuk sembari mengucap, ah kau adaada saja. Mungkin aku masih harus berjuang menikmati deru batuk yang kadang mengguncang sekujur tubuh. Doakan aku ya Timur. D