Teruntuk Lelaki November



Kita adalah sepasang rencana yang dipatahkan keadaan. Seperti jarak ini, aku pernah membenamkan kesedihan berkali-kali agar waktu tak pernah basah oleh penantian. Agar kau pun tenang melakukan aktivitasmu sehari-hari. Padahal ada banyak rindu yang tersemat di doadoa panjang, di antara jingga yang membentang juga pada hujan yang diarak mendung sebelum kelam menyelimuti semesta.

Bagaimana bisa kau katakan aku tak sabar dalam kisah ini? kau tak perlu mengatakan aku pengecut sebab pernah abai pada rindumu. Aku juga rindu, bahkan disaat esok usiamu bertambah aku tak berani mengatakan apa-apa. Maaf keadaan ini telah membuatku lupa bahwa kau pernah menjadi bagian yang kusemogakan. Kau yang menuntunku seperti ini. Semoga tanpa sekotak kado dariku, juga puisi tentang jarak hariharimu tetap berjalan baik.

Percayalah sebelum kau memikirkan tentang bagaimana keadaanku saat ini aku telah lebih dulu menuntaskan rasa bersalah ini. Bagiku semua belum usai, namun rasanya cukup membiarkan senyum ini bersembunyi di balik lembaran sunyi. Biarlah begitu, aku percaya kau pun bahagia dengan keputusan waktu.

Tersenyumlah saat semua tak bisa terulang kembali, meski di jurang pengharapan aku berusaha memanggil cerita itu. Cerita yang sempat terekam semesta. Cerita yang dahulu membuat aku banyak menelurkan buih kebahagiaan.

Terakhir di sisa percakapan sunyi malam ini. Aku ingin memanggilmu sebagaimana harihari dan pekan yang pernah kita lalui. Mas selamat bertambah usianya ya. Semoga apa yang mas inginkan tercapai dengan mudah di musim ini. Dan Allah senantiasa menjaga mas disana.

Masih ada lagi, aku berharap suatu hari nanti semesta mempertemukan kita dalam keadaan saling merindu, semoga kamu begitu. ♥


Ranah Minang, 01 November 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri