Aku Masih Batuk

Timur apa kabar? Ah bahkan kalimat receh ini masih menempati ruang kosong di kepalaku. Tahukah kau?  ini hari kesekian rindu menggulung sepi sendirian. Tak apa, mungkin jeda memang tercipta untuk kita.

Tanpanya kita tak pernah benar-benar mengikat jarak dengan doa, tanpanya kita tak pernah merasakan indahnya bersabar, meski kadang sulit, aku percaya penantian tercipta untuk kemudian bertemu di suatu masa.

Kau tahu Timur, batuk yang hampir menyerangku satu bulan belum juga reda, katamu aku harus meminum tempias embun. Bahkan semalam aku meletakkan sebuah piring kaca cokelat di atas meja di belakang rumah.

Pukul 3 dini hari aku terjaga, kuambil piring yang sudah terletak beberapa jam di luar, namun aku sempat meluncurkan tawa kecil. Embun yang katamu ada, ternyata sebutir pun tidak menghuni kawah piring.

Akhirnya aku membawa masuk sembari mengucap, ah kau adaada saja. Mungkin aku masih harus berjuang menikmati deru batuk yang kadang mengguncang sekujur tubuh. Doakan aku ya Timur.

Dari aku yang senantiasa merawat namamu di balik hentakan sujud dan doa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri