Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Renungan Akhir Tahun 2015

Oleh : Maria Ulfa Affandi Hidup tak melulu soal cinta kepada mahlukNya tapi juga cinta kepada yang mencipta (Allah SWT) terima kasih Rabb, tanpaMu takkan mungkin aku berada di perlintasan akhir tahun ini Diawali dengan basmallah semoga Allah merestui langkah-langkah yang akan kutempuh sepanjang 2016 Kau tahu? Tuhanmu tak butuh tiupan terompet, nyalaan kembang api apalagi petasan yang rentan membuat warga mengidap penyakit jantung semuanya tak kan mengubah takdirmu Dia hanya butuh syukurmu tak sukar bukan? berdo'alah kepadaNya semoga segala keterpurukan bisa berubah menjadi setitik kebahagiaan di awal tahun baru ini Dan tepat di atas puncak tahun 2015 ini segala kekesalan, segala luka, segala kekecewaan, segala amarah, apapun itu yang pernah ku arungi dengan ribuan air mata akan kubenamkan lewat gemuruh hujan yang telah singgah sebelum fajar menyingsing pagi semoga semua resolusi kita di tahun ini berjalan dengan mesra dan mulus semoga kita

Sekali Lagi

Sekali Lagi aku ingin melukis wajahmu di redupnya langit Kelak, jika hujan kembali turun Selain air ia akan menjatuhkan kamu Yang akan membasuh rindu lewat rinai paling deru Sekali Lagi Aku ingin berada di pintu kenangan Mendendangkan lagu kebahagiaan Memeluk mesra janji-janji ketabahan Sekali Lagi Aku ingin bersandar tepat di bahumu Merebahkan segala kelelahan rindu Membunuh setiap benih-benih duka Meretas tawa di atas bahagia Sekali Lagi Aku ingin beranjak dari masa lalu Membunuh setiap rindu yang kian layu Menenggelamkan segala luka dan kenangan Memetik bahagia, di atas penantian

Rindu Di Ujung Temu (Ibu)

Sayup angin mengantarkanku pada sebongkah rindu Yang telah usang sejak kehilangan temu Andai jarak tak pernah merenggut pertemuan itu Mungkin saat ini  masih menyatu Pada puisi kucoba merangkai kata Menjadi kalimat utuh Untuk  mengungkap bahasa rindu Yang telah terpatri sejak dua bulan lalu Ibu, sukmaku memekik pilu Merasakan getir hidup yang mulai sendu Aku rindu bu, setengah hati ini menjerit memanggil namamu tapi apa daya, waktu masih enggan memihak pada temu Bu, sadarkah kau hari ini adalah harimu Dimana seluruh ibu sedang di agungkan Meski kau tak pernah tahu Aku mencoba mengigatkan ini padamu Kutahu, barisan aksara ini Belum mampu membayar semua perjuanganmu Dalam mendidik dan membesarkanku Tapi setidaknya lewat sajak usang Aku ingin mengatakan sesuatu “Selamat hari ibu” Hari ini izinkan aku mengikis beban di wajahmu Membuang genangan derita yang membalut di tubuhmu Mengembalikan senyum yang pernah di renggut masa Hingga akhirnya kita menuai tawa di a