Mantra Itu Bernama Ikhlas

Teruntuk kamu, lelaki yang pernah menetap di masa laluku,  lantas mengabadi sebagai kenangan. Dengarkan aku yang jauh dari pendengaranmu, baca dan simak apa yang akan kuutarakan.

Tentang keladak-keladak bahagia, aku telah membasminya perlahan dengan sebuah mantra: ikhlas. Jika ingin membingkai nama yang lain, aku bahkan telah siap menjabat tanganmu penuh yakin. Kemudian kulepas secarik senyum,  agar kau tak salah duga bahwa aku sedang kehilanganmu.

Kesendirian tidak membuatku runtuh, malah semakin kukuh dihadapanNya. Tanpamu aku merasakan banyak hal. Semisal rindu, ah lima huruf ini telah menemukan tuan rumah baru. Seseorang yang teramat asing dimatamu. Seseorang yang kelak akan menjemputku di batas penantian.

Selamat menempuh hidup baru,  aku juga tak merasa sesak saat melafazkannya. Kepahitan telah memberi peran yang berbeda. Aku mampu melukis bianglala, sekalipun hujan tak kunjung tiba.

Dari aku, penghuni masa lalumu.

Karawang, 10 Februari 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri