Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Sepotong Perjalanan (Briefing Fasil KI Karawang #2)

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Assalamualaikum, hey,hey... setelah batuk hampir menyerang dua minggu. Aku enggak lupa kalau ada kamu yang harus aku jenguk, alhamdulillah masih diberi kesempatan menggerakan kesepuluh jemari di atas toots ini.  Hari ini aku bawa oleh-oleh dari kelas inspirasi karawang #2. Sepotong perjalanan yang berakhir istimewa. Kamu mau tahu? cekidot :P Kemarin, minggu 29 Januari 2017. Setelah malamnya menahan rindu, paginya aku sholat shubuh. Berdoa biar kamu ga ikut waktu aku lagi briefing di kantor PGN. Niatan awal aku nebeng Teh Engkay dari arah Telaga Sari, awalnya dia sempat menganggukan permohonanku. Tetiba Allah sudah merencanakan hal lain, sama saat aku kangen kamu tapi kamu malah sibuk nonton bola, eh. Kata dia, aku mau enggak dari rumah jam tujuh, karena dia divisi acara dia harus datang lebih pagi. Aku sempat bingung, kalau nebeng otomatis aku enggak bisa bantuin ibu pindahan barang lagi ke rumah si kakak. Kalau siang otomatis aku naik motor sendiri sambil naha

Delapan Belas

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Aku bahkan pernah membenci angka genap kala itu. Karena bagiku, bilangan ganjil lebih menawan. Aku terlahir di bulan dan hari ganjil, 05/03. Sementara tahun aku malas mendeskripsikannya di sini.Kau tahu berapa jumlah Nabi yang harus kita kenal? Sifat-sifat Sang Maha Segala yang berjumlah seratus kurang satu, serta jumlah langit yang ada 7 lapisan. Ah keistimewaan di atas membuatku semakin mengagumi angka-angka ganjil. Tak peduli sebagian orang mengatakan angka ganjil bilangan paling seram terlebih 13. Hidup di era kekinian kenapa masih akrab dengan kekunoan. Dan semenjak ia hadir, semenjak ia terlahir menjadi mahluk paling sederhana, aku jatuh dalam ruang tak bernama. Ruang yang kadang sukar kudefenisikan mungkinkah itu bilangan genap. Bagaimana pun niat Tuhan mempertemukan kita, pada akhirnya senyum ini harus kulabuhkan di berandamu tuan. Hey, pemilik angka 18. Aku menganggumimu tanpa alasan.

Kemarin

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Kemarin, aku tak sengaja menjenguk masa lalumu, lewat pintu rahasia yang tak sempat kita sepakati Suasana kelabu yang sempat berwarna biru, terpancar di sudut-sudut ruang kecil. Tak ada rembulan yang tergantung, hanya ada satu sinar kecil--rindu yang sempat kau nyalakan ternyata belum padam. Gemericik hujan di luar membungkam derap langkahku yang berisik. Aku berjalan tergopoh-gopoh di tengah kesunyian yang kian mempercepat cemas, di temani seribu keyakinan aku melongok dari balik pintu tua berlapis debu yang menebal. Aku tersenyum, melihat dia begitu merindumu, dia memelukmu, erat seolah tak ada seseorang di sana. Lalu seketika figura itu pecah, kau datang menghapus butir-butir kesedihannya di depan mata kepalaku. Awan pucat berarak tanpa pamit, melingkari  kelopak yang baru saja bertemu musim kemarau. Aku mundur, mencari celah untuk kabur. Kupekikkan hantaman langkah di atas kepala lantai kusam. Kau berusaha bangkit, tapi masa lalumu terlalu

Tak Ada Yang Abadi

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Seperti dandelion ini, aku berharap semua yang pernah menyakitkan akan berlalu cepat. Karena tak ada yang mengabadi kecuali sang Pelukis Hati. Hari ini jalangan basah, sisa-sisa perayaan hujan semalam masih melekat di ujung-ujung helai daun. Aku menikmati alunan udara sejuk, sesekali melempar wajah ke sudut cakrawala. Aku tersenyum, hari ini sepertinya akan cerah. mungkinkah sama di sudut paling sempit akan ada hati yang kembali bersinar. Setelah apa yang kulihat kemarin sore membuat semua terasa gelap. Tak ada yang abadi, senandung lagu Noah ini terus kunyanyikan sepanjang perjalanan menuju kantor. Entah apa yang membuatku tiba-tiba mengawali pagi dengan syair yang indah. Mungkinkah,  luka yang kualami juga akan reda? aku bertanya pada hatiku sendiri. Berharap di bentangan ufuk sana ada jawaban yang akan kudengar. Ah mana mungkin, aku nyaris menjadi si pesimis yang mendahului ketetapanNya. Usai menempuh 600 deti, aku masih terbuai dengan syair lagu ya

Tujuh Musim Bersamamu

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Beberapa hal ada yang perlu kita tutup dan lupakan, ada pula yang harus kita jaga dan senantiasa kita rayakan. Kegagalan, aku mengalaminya di masa silam. Namun hati selalu memaksa merangkak maju, mengubur dalam-dalam. Perihal tawa yang pernah membersamai, perihal tempat-tempat konyol yang pernah kita kunjungi, jangan kau lupa akan hal itu. Perdu ilalang, jalanan lengang di belakang sekolah selalu menjadi tempat favorit mengerjakan PR sekolah, ingatkah? Tapi situasinya kini berbeda, aku di sini kau jauh di sana. Dulu, sebelum ada gadget, kita tak pernah kehabisan akal bagaimana cara membunuh waktu. Menikmati sentuhan bayu, bermain rinai di poros semesta. Aku rindu, aku rindu menjadi mahluk  paling bahagia. Tanpa harus menunggu balasan chat dari seseorang yang kadang membuat kita tampak bodoh. Menanti kabar-kabar manis di beranda, lalu hanya ponsel yang menjadi sahabat karib. Kau di mana? apakah saat ini kau masih berada di kota kenangan? kota yang pe

Sepotong Kisah Yang Baru

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Kemarin, tepatnya di hari ke 23 di bulan pertama tahun 2017. Setelah bermain hujan di depan rumah (plis ini efek kelangkaan air di rumah) aku merampas semua sandal yang terpajang di rak sepatu, tanpa terkecuali. Lantas menyimpannya di dalam ember berukuran sedang, dibalut dengan warna khas oranye. Aku menaruhnya tepat di bawah air hujan yang menjuntai dari atap. Agar debu-debu yang menempel segera tanggal dan berguguran. Meski sebenarnya tak bisa tersentuh kenakalan air hujan, mungkin hanya dengan cara ini beberapa sepatu dan sendalku yang sudah lama kusam bisa kembali bersinar. Setelah menyabuninya dengan bubuk deterjen, lalu kugantung di besi-besi yang terdapat di puncak gerbang. Setelah membersihkan badan, aku mengeringkan rambut dengan handuk merah hati. Handuk yang kubeli dari pasar tradisional, handuk yang seharusnya kuberi pada kakak sepupu di Bandung. Maaf uni, adikmu nakal. Hanya karena bernilai murah, aku sempat mengurung niat pemberian i

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Judul Buku : Dawai Cinta Tanpa Nada Penulis : Ansar Siri Editor : Tiara Purnama Sari Penerbit : Mazaya Publishing House Tahun Terbit : 2016 Tebal Buku :78 halaman ISBN : 978-602-6362-09-4 Dari Mazaya Publishing, 02 Desember 2016 BLURB Cinta bagaikan ruang tak bertepi, mengandung partikel misteri yang tidak terjabarkan. Hal ini semakin pekat di sisi Mia, ketika cinta menyapa dalam balutan nada-nada syahdu. Ia menemukan kedamaian di balik pohon oak, menjadi pengagum rahasia pemuda yang ia juluki " Malaikat Pengutus Kedamaian."  Hingga waktu menghadirkan awal cerita baru, ketika pandangan mereka bertemu di satu titik. Tatapan itu berbicara, berusaha saling memaknai. Meski takdir membuatnya sedemikian pelik kemudian. Butuh waktu yang panjang, sebelum Mia menemukan akhir sebuah kisah yang dianggap usai. Mereka meleburkan segumpal tanya yang sesaki hati, meski ia tak punya jawaban, lantas akhir seperti apa yang mereka b

Tanya Itu Masih Ada

Gambar
 Oleh : Maria Ulfa Tak ada yang pantas tertulis, kecuali dengan ucapan syukur yang sedalam-dalam. Entah kenapa akhir-akhir ini saya banyak dihujani pertanyaan,  banyak di antaranya menanyakan kabar. Kadang saya bingung, sebegitu berhargakah nama saya masuk dalam jajaran pertemanan mereka. Padahal mereka hanya sebatas orang yang saya kenal. Tapi alhamdulillah, Allah telah mempertemukan saya dengan mereka yang masih peduli. Pertama Yeli Trimayanti, sahabat semasa putih abu-abu. Perempuan dengan tubuh mungil ini lulusan  Farmasi di Surakarta. Dia anak seorang PNS, ayah dan ibunya dikaruniai profesi seorang guru.  Meski keberadaanya cukup mewah Yeli tak pernah pongah, ia mempunyai jiwa yang tulus dan membumi. Kemarin ba'da Ashar sepulang kerja dari arah Teluk Jambe saya membuka pesan di facebook. Tiba-tiba dia yang sudah lama terhalang jarak menanyakan kabar, katanya dia lagi di Karawang. Berhubung batrai ponsel lemah saya membiarkan pesan itu kesepian tanpa ada jawaban. Usa

Kuharap, Langkah Kita Tetap Beriringan Menggapai SyurgaNya

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Maaf untuk kabar yang sengaja kusembunyikan. Bukan tak mengingatmu. Banyak yang harus kutuntaskan, terlebih memantaskan diri untuk bersisian dengan namamu di halaman undangan. Ah kenapa secepat itu mengingat kata pelaminan di musim ini.  Aku tak memaksamu untuk datang melamarku dengan cara cepat, yang ku mahu kau telah siap melangkah, menerima setiap kekurangan yang ada padaku. Kuharap, kau tak pernah lelah mendengar rengek manja statusku, bukan karna tak dewasa, karena hanya dengan cara itu aku menelurkan beberapa karya. Aku juga mau, kau tak membohongi hatimu akan hatiku. Sebab bukankah telah lama, dua jiwa kita menyatu dalam ikrar yang terjaga. Semoga semesta dan seluruh alam raya mengaamiini  do'a-do'a kita.

Teruntuk Kamu, Sahabat Septemberku

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Sahabat, jika hari ini aku tak seramah dulu, bukan berarti aku sedang menuju lupa. Banyak yang sedang kuselesaikan, menata ulang jalan hidup ke arah masa depan yang gemilang. Aku bukan kamu, yang dengan mudah melanjutkan cita-cita tanpa ada kerikil tajam yang menghadang. Ah aku tidak iri, atau tidak mensyukuri apa yang telah kudapati. Hanya saja perasaan setengah ingin memiliki itu sedang menghantui. Tapi bathinku selalu yakin, tak ada seperak pun yang sia-sia. Termasuk saat kehilangan hal-hal yang teramat kita suka. Yang hilang akan segera tergantikan, dengan tetap melibatkanNya dalam setiap urusan hidup.   Jika kamu menganggap semua telah benar-benar usai, itu hak kamu. Karena serumit apa pun, dan sesulit apa pertemanan kita. Aku tetap merekatkanmu pada kertas persahabatan. Terima kasih pernah membingkai namaku pada lembar persahabatanmu. Oh iya, aku lupa ada yang ingin kusampaikan. Saat usiamurtambah angka di belakang, aku telah menulis beberap

Maukah Kamu Melewati Masa-Masa Sulit Bersamaku?

Gambar
Percayalah, tak akan ada alasan untukku  berhenti memikirkanmu. Mengikutsertakanmu namamu dalam setiap doa yang terpanjat pagi hingga petang. Tak peduli, seburuk apa penilaian orang lain terhadapmu. Saat kau benar-benar terjatuh, aku ingin selalu ada menjadi rumah tempat kau berpulang, menemanimu menata ulang langkah demi langkah. Merapikan kembali beberapa ingatan yang pernah terluka oleh ancaman dunia.  Hey, aku juga tak sesempurna yang kau pikir. Aku hanya gadis biasa yang terlahir dari perut seorang perempuan miskin. Tapi dia yang kupanggil ibu selalu memberiku masukan-masukan hebat. Mengajarkanku untuk tidak menjadi si peminta-minta, tetap berlaku bajik pada sesama. Bukankah akan lebih indah, jika kebahagiaan yang kita miliki dapat dirasakan oleh orang di sekitar kita. Aku bahkan tak pernah merasa takut jika seluruh kebahagiaanku bisa kuwakafkan kepada orang lain, terlebih kamu. Aku akan merasa sangat lega bisa menghalangi kesulitanmu. Barangkali, ketika Tuhan menciptaka

Surat Kecil Untuk Timur

Gambar
  Selamat siang, bagaimana cuaca di kotamu? masihkah mendung bertahta di sudut cakrawala? atau mungkin sang mentari sedang menyiram wajah-wajah kota. Langit siang di kotaku semakin teduh. Gumpalan awan pekat serasa berada tepat 5 cm di atas menara kepalaku. Kuharap, bagaimana pun cuaca hari ini, akan lebih indah jika kita merapal syukur. Dan kau tidak memberhentikan langkah saat hujan membasahi halaman semesta. Hari ini, jujur ada hal yang harus kukerjakan. Menjadi bagian relawan panitia membuat aku harus turun tangan membantu setiap divisi. Kemarin aku memberanikan diri, membantu tim merchandise membuat e commerce. Tak ada dalih terbesar mengapa hasrat begitu menggebu. Aku hanya ingin menolong mereka. Aku pikir fasilitas wifi di kantor sayang jika harus dihabiskan dengan melihat postingan yang sudah-sudah. Selaras dengan tujuh konsep kelas inspirasi, satu di antaranya adalah siap belajar.  Aku yakin pengetahuanku tentang dunia pemasaran masih terbilang dangkal. Sebelum men

Tahun Berganti ^^

Gambar
Assalamualaikum, Alhamdulillah masih berkesempatan memasuki tahun ganjil di 2017. Enggak banyak palnning, sederhana aja. Ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Istiqomah dalam ibadah. Makin sering baca, rajin nulis juga. Dan rindu semoga cepat reda ya wkwk.  Oya izinkan aku merekam mermori 2016 dulu ya, bisa dikatakan 2016 adalah tahun terhebat yang pernah kulewati. Bermula Januari, saat itu aku harus mengakrabi jarak dengan ibu, tinggal di Karawang bersama abang lelaki tertua, saat berangkat kerja harus di antar. Kadang si kakak juga telat nyampe kantor. Masalah demi masalah semakin deras. Hanya sabar dan syukur penghalang putus asa saat itu. Kadang ketika jenuh mulai melanda batas kenyamanan, doa dan suara ibu sebagai penyembuh.  Alhamdulillah, Februari aku sudah kebeli sepeda motor, meski bekas yang penting kebermanfaatannya. Aku senang saat itu tabunganku 2,5 juta selebihnya abang lelakiku yang menanggung pembayaran saat melakukan transaksi. Bertah