Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Kepulangan Waktu

Keseriusan semacam apa yang harus kutunjukan di atas panggung hidup  bukankah nyala doa pada setiap malam redup  mampu merapuhkan dinding jauh Membangun kokoh kepercayaan yang belum menumbuhi akar Kurasa kita tak perlu seperti mereka kita akan bahagia dengan seapa adanya kita Saling tekun menjaga dalam untaian doa  Merindu dalam pelukan tabah Hening, saling sapa dalam bilik masing-masing Berteman bisik sayup sunyi, memutar sepi, diriringi alunan detak jarum waktu di tembok-tembok semu Penantian milik kita, pun pertemuan yang masih entah kapan bersua Bersahabatlah dengan rindu berdamailah dengan jeritan temaram kelabu Bukankah rembulan tak pernah gusar meski sendiri berpendar Lihathah fajar, meski pelita tak membawa kabar ia tak marah ketika embun tercuri lengan-lengan cahaya Sementara senja, meski sesaat memantulkan gempita merah saga Ia s

Nila Belum Berpadu dengan Magenta

Sekembali dari mushalla tempat ku bekerja, aku merundukkan kepala. Mengintip baterai ponsel yang terpeluk alat pengisi daya di dinding kusam. Meski baru terisi 75 %, aku sudah tidak sabar mencabutnya dari pelukan cas kodok, lantas mengaktifkan ponsel yang sudah off selama hampir 6 jam.  Aku buru-buru menekan tombol mungil di sisi kanan ponsel. Tulisan Asus itu berjalan lindap, mengerjap-ngerjapkan cahaya terang. Setelah memunculkan wajahku yang menahan bibir untuk tampak manis di layar kecil persegi panjang, kuaktifkan data internet.  Tiba-tiba aku merindukan aplikasi bbm, dan saat kubuka tanda bintang kecil berada di ikon obrolan. Kubuka, ternyata diskusi teman-temanku semasa berada di putih abu-abu, nama grubnya manis manja. Aku ingat betul kalau tidak salah yang menegakkan grub itu Elpira alias Pipi. Perempuan yang dua tahun silam, berhasil meraih gelar Dokter Gigi di Universitas Baiturahmah Kota Padang.  Jujur aku jarang sekali hinggap dan bernostalgia di obralan itu. Aku

Surat Untuk Timur #2

Assalamulaikum wr.wb Saat ini, seiring butiran abjad berjatuhan di layar komputer. Di luar, awan-awan tengah membentuk gumpalan hitam, sinar mentari yang sedari tadi menyiram jalanan  kota, perlahan kembali tersuruk di muramnya langit. Aku mengintipnya dari punggung jendela yang hampir pudar di peluk milyaran debu. Dari sudut-sudut kecil tempatku beramain dengan benda-benda sunyi. Buku tebal karya Ahmad Fuadi, segelas air mineral yang terkurung di dalam wadah berwarna oranye, setangkai pulpen dan secarik kertas bisu. Mereka sahabat teraman yang kupunya. Mereka tidak pernah berkhianat. Selalu setia mendengarkan celotehku. Aku sangat senang, bila pada akhirnya mendung tak membohongiku. Aku merindukan gemukan-gemukan air yang kesekian. Aku merindukan di mana air mataku memperoleh sahabat terbaiknya untuk bersuara. Kamu apa kabar hari ini? semoga hatimu tetap secerah matahari pagi, tetap berpendar sampai senja membenamkan semangatmu. Kamu ingat? semalam kita sempat berdebat

Surat Untuk Timur #1

Assalamualaikum wr.wb Apa kabar Timur? apakah semalam tidurmu nyenyak? adakah aku terselip diantara kelopak bunga tidurmu? Aku percaya hari ini Allah akan membersamaimu begitu pula aku. Perempuan yang selalu mengecup namamu dalam setiap doaku. Perempuan yang sedang berusaha memahami kekurangan dan lebihmu. Perempuan yang kerap didera cuaca khawatir saat kamu diam, dan tak ada sepucuk pesan yang kubaca. Perempuan yang sangat takut untuk kehilanganmu. Benar-benar takut.  Apakah aku salah, ketika menumbuhkan benih-benih cemas saat kamu tak memperoleh kabar darimu. Ini kewajaran yang tak bisa aku hindari. Timur, apakah tahu? hari ini aku takut sekali untuk memulai percakapan denganmu, walau  hanya sekadar menyapa lewat bbm, aku sungguh tak berani memulai.  Aku sadar untuk beberapa terakhir ini, aku selalu berprasangka yang tidak normal. Ketahuilah, semua kecemasanku adalah semata-mata karena kamu terlalu berharga untukku. Seperti pagi tanpa embun, seperti itulah ak

Reuni

Tiba-tiba di beranda facebook ramai memperdepatkan ketetapan PMA No 33 Thn 2016, sebuah upaya pemerintah untuk membenahi gelar akademik di tingkat perguruan tinggi agama. Aku yang sudah lulus satu tahun silam pun ikut bersuara di kolom komentar milik temanku Tuti, perempuan kelahiran Pasaman Barat ini menandai kesepuluh temannya agar mencairkan masalah revisi gelar yang masih hangat di perbincangkan. Berselang menit, dengan alasan berbeda temanku Yori ikut bersuara di kolom komentar. Lelaki asal Pesisir ini melontarkan opini serupa dengan yang sudah aku komentar. Hanya saja dia sedikit lebih ringkas dan lugas. Sampai di mana ada beberapa junior yang ikut menimpali perkara revisi gelar, dan Yori masih saja bergeming sampai kemudian terselip kata Dari pada memperdebatkan gelar, mending kita atur jadwal kapan kita reunian..?? Heheh Aku langsung mengklik tanda ikon bumi, yang tengah dihimpit oleh angka satu dengan kalimat Pemberitahuan. Ternyata Tuti dan dua teman lainnya mengom

Cerita Ephemera Istimewa

Kali ini saya cukup tertarik dengan tantangan yang diberikan oleh penulis muda yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir di kalangan remaja. Ahimsa Azleave, siapa sih yang tidak mengenal sosok perempuan lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Telkom, Kota Kembang ini. Perempuan penyuka warna biru, yang telah berhasil menerbitkan satu buah karya terindahnya berupa buku kumpulan cerita-cerita bertajuk Ephemera. Satu kata yang membuat saya bertanya-tanya makna sebenarnya, sampai akhirnya saya berniat memilikinya. Beberapa tempo hari, di beranda akun sosial media cetusan Mark Zuckerberg milik saya tepatnya satu hari usai memperingati pesta kemerdekaan Republik Indonesia. Saya membaca postingan Mba Himsa, dengan beberapa rangkaian huruf kecil berbaris membentuk sebuah kalimat “Ulas Ephemera Dapat Novel Teka-Teki Rasa” hati kecil saya bergumam sepertinya menarik untuk saya telusuri lebih jauh. Beberapa kalimat penerusnya yang masih tertutup dengan tulisan lanjutkan membaca. Usai

Bercerita Pada Hati

Oleh : Maria Ulfa Perhentian semacam apa yang kamu inginkan?  bersua atau justeru mendapati sepucuk kabar dari dia Ah ini hampir larut bulan seorang pun bahkan bersiap meninggalkan bumi. Tapi bukankah kita terbiasa berjelaga dengan petikan-petikan sunyi. Berceloteh pada tembok-tembok di antara lapisan temaram serta ketukan jarum jam yang selalu menunda suatu jumpa. Masih bingar kurasa bisikan jangkrik dibalik rumput basah memecah gelembung hening. Baiklah, selama prasangka masih menjadi pilar di dadamu kamu akan kehilangan satu peluang bahagia. Singkirkan pemikiran keliru  agar tak sampai di gerbang penyesalan. Di waktu yang entah semua akan indah Percayalah!!!  Karawang, 12 Agustus 2016 10.30 PM

Kamu & Kisah Yang Telah Usai

Aku mengenalmu dengan caraku sendiri mengagumimu pun dengan caraku sendiri lantas saat berupaya melupakanmu aku tetap dengan caraku sendiri.  Jadi mohon, jangan memaksa untuk kembali seperti sebermula.  Kamu sudah tertimbun di tumpukan jerami masa silam.   T erkubur pada gemburan tanah-tanah purba.  Kali ini kusampaikan padamu jangan pernah berniat meletakkan kembali daun yang telah gugur pada ranting di musim yang tumbuh subur Semua sudah sia Kupahami dan sudah menjadi keberlakuan hukum semesta ketika hati telah siap melepas, kamu justeru meminta peluang kembali.  Maaf bukan bermaksud merobohkan harapanmu.  Tapi ingatkah? saat dulu kau rapuhkan harapanku, taukah? saat itu akuberjuang sendiri. Tanpa senyummu, tanpa kedua lengan yang berusaha mencegah saat aku berlari di ruang pemulihan?  Melakoni peran yang kusanggup meski harus meringkih. Jadi berjuanglah sendiri dengan segala kesanggupanmu jua.  Aku menyadari, dan tak dapat dipungkiri dahul