Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bahagia Itu

Gambar
Mendapat kabar mulia dari sahabat lama. Ah bahkan aku masih tak percaya, melihat undangan pernikahannya terselip di beranda facebook. Abdul Faiz Rusmani S.Pd dengan Zulfitna Sari S.Th.I. Selamat  ya pit, Alhamdulillah aku bersyukur memperoleh kabar baik ini. Sudah lama kita mengakrabi jarak jauh. Setahuku kamu orang yang susah jatuh cinta. Tapi aku yakin, dia jodoh yang telah di persiapkan Allah tanpa harus kamu kejar. Jujur aku merindukan nasehat dari kamu. Kamu ingat? kejadian kelam itu pernah memisahkan ikatan persaudaraan kita.  Aku yakin kamu sangat kecewa, saat aku lebih memilih bertahan dengan seseorang yang memang pada akhirnya meninggkalkan. Sekali lagi selamat sahabatku. Maaf belum bisa menghadiri acara sakralmu. Doaku, semoga 13 Januari menjadi awal kebahagiaanmu dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama seseorang yang telah halal untukmu. Kamu tahu, aku sangat cemburu dengan keputusan langit hari ini. Aku bahkan belum tahu kapan akan berada di posisimu. Tapi aku yakin,

Surat Untuk Timur (Nggak tau part berapa) :D

Gambar
Maaf, belakangan aku sangat sibuk. Perihal diri yang terjun ke dunia sosial membuat jemariku harus berjibaku dengan beberapa PR. Membuat design open recruitment: reldok dan relpeng serta aneka macam design yang kadang memang harus aku yang mengerjakan. Kak Hana dan Kak Mamet dua insan yang kemumpunian dalam merangkai gambar tak bisa di dustai pun sangat sibuk.  Dengan sadar dan Lillah aku kerap membantu mereka meski tak sesempurna yang diinginkan. Hari  ini aku juga mendesign ucapan selamat hari ibu, tapi belum di posting. Mungkin tim publikasi seperti kak Rani, dan kak Laras memang sedang ada tugas. Mudah-mudahan mereka suka, setidaknya kelas inspirasi karawang turut memeriahkan hari-hari akbar di seantero nusantara. Bicara hari ibu, aku juga sudah memposting kata-kata sederhana untuk ibu, di akun instagramku @mriaulfaaff Aku bersyukur, di usiamu yang tak lagi mudamasih bisa kucium aroma lelahmu. Di dadamu yang laut, aku terhanyut, nyaman bergelayut tanpa ada masalah yang

Kau Kemana?

Gambar
Ketika semburat di sudut kota mulai padam. Ketika  derap para  pendorong gerobak telah usai meninggalkan jalanan, lengang seorang diri. Seperti saat kau putuskan lari dari cerita yang telah kita sepakati. Aku pikir sedetik  sebelum waktu menjamah kita pada fase tak bernama. Ponsel yang kuasingkan di bawah ranjang--berdering.  Sebuah pesan dan barisan huruf mesra berjatuhan di muka layar. Memberi kabar,  bahwa kau sedang bercanda dan mengalami debar yang serupa. Ah, angan-angan ini terlalu sarat untuk kurajut lebih lama di lembaran penuh ilusi.  Sementara kesenyapan semakin menjadi, namamu tak kunjung menghampiri. Kau kemana? aku menunggu sedari awan hitam bergumul, memagari dua kelopak bundar yang lama tak tersentuh ceracau kemarau.  Bisakah kau bangunkan ayam lalu bisikan nyanyian di telinganya, agar fajar kembali menyapa.  Aku takut jika tersemat namamu berkali-kali malam enggan habis dan langit tetap mengakrabi nasib si penunggu;aku.

Surat Untuk Timur Kali Kesekian

Gambar
Haruskah  kecewa, ketika harapan tak kunjung menyapa.  Haruskah mengunci rindu ketika pertemuan masih bersandar pada tonggak semu.  Hey, aku harap kamu mengerti, sebentar saja.  Aku rindu pada kita yang dahulu, seperti tak pernah kehabisan cara untuk memulai sebuah jeda. Ingatkah kamu, seringkali kita duduk di bawah lengkung senja sembari menyaksikan camar-camar terbirit dari laut.  Bercerita tentang banyak hal yang sama-sama kita rasa. Kadang menitip senyum juga tawa di balik bukit magenta. Aku menunggu masa di mana kamu lebih dahulu mengirimiku sebuah pesan meski hanya sebatas hey. Tapi setelah bersandar pada hati dan sedikit memahami ego, aku sadar atas kesibukanmu belakangan.  Bahkan untuk menanyakan kabar aku tak berani sedikit pun. Aku takut, aku menjadi penghalang masa depanmu. Aku hanya ingin menjadi rumahmu, kelak di saat semua peluhmu berjatuhan ada aku dan dia yang akan menyambut letihmu. Semoga kamu bahagia ya, dan mengalami kebe

Dua Musim Yang Berbeda

Gambar
Rindu? Sebuah kalimat sederhana yang sengaja kau titip pada celah jendela malam ini bukan? Di antara sepinya waktu yang hanya menyisakan suara letih arloji Seharusnya kamu permisi Dan meski temaram tak pernah mengizinkan, aku bahkan cemas jika harus mengusirmu pergi Lagi, ini kali kesekian Ingatan terjebak pada kata ragu.  Hey apa yang keliru dariku? hingga aku harus menanggung rindu yang tak berkesudahan. Aku menyerah, pikirku sesaat ketika menyesap udara hampa.  di hadapan gelas kosong yang hanya menyisakan serakan kelabu.  Aku berpikir, hatiku bahkan cukup kuat untuk menopang semua ini.  Sebab aku tahu, ikrar kita  terjaga.  Ada aku dan kamu yang masih tenggelam pada fase yang sama.  Sadarkah, kita adalah dua musim yang berbeda,  namun tetap bernaung pada jantung yang serupa; semesta.   

Bersama Jingga Yang Membias

Gambar
Langkahku terjebak pada labirin yang gelap, pengap tak ada seberkas cahaya untuk sekadar beranjak. Aku ingin pergi, mengasingkan diri dari ruang tak berpintu ini. Hilang, semua yang ku genggam terlepas begitu saja. Inikah caraMu agar aku lebih mempertimbangkan tindakan mana yang akan berbuah kusut. Sedang hasrat terus memaki sebuah harapan yang masih bersandar pada ttiang kelabu. Aku menyerah, tapi nasibku akan kalah.  Bagaimana, bilakah kebahagaiaan itu akan terbenam bersama jingga yang membias?

Denganmu Aku Bisa - Kelas Inspirasi Karawang 2

Gambar
Bermula dari semangat yang berapi-api. Akhirnya langkah kami di pertemukan di tempat ini. Di sebuah sekolah yang terletak di tepian rel kereta api. MTS N 4 Karawang. Aku memang belum akrab dengan daerah tersebut, namun berkat panitia yang super humble akhirnya aku mendaratkan si hijau tepat di halaman sekolah yang di hiasi beberapa pohon rindang. Walau sebetulnya selama menempuh perjalanan, aku kerap memberhentikan si hijau untuk bertanya kepada orang-orang yang sedang berada di bahu jalan, semisal pedagang kerupuk yang sempat kutanya namun akhirnya menggelengkan kepala. 13 November 2016 hari di mana semesta turut merangkul hasrat kami. Tentang kesungguhan untuk menjadi bagian orang-orang terdidik. Jujur sebenarnya saat itu kondisi badanku setengah tidak enak, namun karena tidak ingin mengecewakan panitia akhirnya aku mendapat restu dari ibu yang mulanya tidak mengizinkan. Entahlah, saat bertemu mereka aku seolah merasakan hidup kembali, setelah hampir beberapa masa