Kemarin

Oleh : Maria Ulfa



Kemarin, aku tak sengaja menjenguk masa lalumu, lewat pintu rahasia yang tak sempat kita sepakati
Suasana kelabu yang sempat berwarna biru, terpancar di sudut-sudut ruang kecil. Tak ada rembulan yang tergantung, hanya ada satu sinar kecil--rindu yang sempat kau nyalakan ternyata belum padam.

Gemericik hujan di luar membungkam derap langkahku yang berisik. Aku berjalan tergopoh-gopoh di tengah kesunyian yang kian mempercepat cemas, di temani seribu keyakinan aku melongok dari balik pintu tua berlapis debu yang menebal.

Aku tersenyum, melihat dia begitu merindumu, dia memelukmu, erat seolah tak ada seseorang di sana. Lalu seketika figura itu pecah, kau datang menghapus butir-butir kesedihannya di depan mata kepalaku. Awan pucat berarak tanpa pamit, melingkari  kelopak yang baru saja bertemu musim kemarau.

Aku mundur, mencari celah untuk kabur. Kupekikkan hantaman langkah di atas kepala lantai kusam. Kau berusaha bangkit, tapi masa lalumu terlalu sigap menangkap. Aku mengambur di hamparan hijau, kuletakkan namamu di tangkai-tangkai doa.  Selamat datang luka, aku segera menghapusnya bersama seribu kepercayaan yang pernah kau titip.

Karawang, 27.Januari.2017_ 9.43 pm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri