Tanya Itu Masih Ada




 Oleh : Maria Ulfa
Tak ada yang pantas tertulis, kecuali dengan ucapan syukur yang sedalam-dalam. Entah kenapa akhir-akhir ini saya banyak dihujani pertanyaan,  banyak di antaranya menanyakan kabar. Kadang saya bingung, sebegitu berhargakah nama saya masuk dalam jajaran pertemanan mereka. Padahal mereka hanya sebatas orang yang saya kenal. Tapi alhamdulillah, Allah telah mempertemukan saya dengan mereka yang masih peduli. Pertama Yeli Trimayanti, sahabat semasa putih abu-abu. Perempuan dengan tubuh mungil ini lulusan  Farmasi di Surakarta. Dia anak seorang PNS, ayah dan ibunya dikaruniai profesi seorang guru. 

Meski keberadaanya cukup mewah Yeli tak pernah pongah, ia mempunyai jiwa yang tulus dan membumi. Kemarin ba'da Ashar sepulang kerja dari arah Teluk Jambe saya membuka pesan di facebook. Tiba-tiba dia yang sudah lama terhalang jarak menanyakan kabar, katanya dia lagi di Karawang. Berhubung batrai ponsel lemah saya membiarkan pesan itu kesepian tanpa ada jawaban. Usai 120 menit terhubung di kabel pengisi daya, saya bergegas membalas pesannya. Saya bilang, saya baik. Kamu dimana? dia menjawab sedang berada di Karawang timur. Sebelum membalas,  saya memanggil si Teteh yang tengah fokus menonton sinetron Dunia Terbalik, sinetron yang katanya menarik untuk pelepas penat. 

"Teh, kalau Karawang Timur di mana? temen saya lagi di Karawang katanya.
Setelah menoleh, ia langsung menjawab yakin

"Kita mah Karawang Barat, kalau Karawang Timur ya dekat sama tempat kerja kamu"

Saya lekas membalas pesan Yeli, setelah akhirnya saya tanya ternyata dia hanya singgah sebentar, melanjutkan perjalanan kembali menuju Depok. Rasanya sangat lega, bisa menyambung tali persaudaraan yang lama terputus jarak dan waktu. Hey sahabat, meski terbentang jarak antara kita, saya yakin kelak jika bukan di dunia ini kita akan dipertemukan di tempat yang lain, tempat yang dipenuhi rekan-rekan sholehah. Aamiin.

Kedua, Yolla Afrilia. Perempuan asal Pariaman ini juga melontarkan kabar di ruang chat bbm. Saya sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia. Dia merupakan junior saya ketika berada di jenjang perkuliahan. Keterampilannya dalam menulis membuat skripsinya dijadikan bahan pembuatan jurnal oleh salah satu dosen yang berada di pusat penelitian. Sebenarnya, saya juga sempat di ajak dalam kegiatan penelitian ini, berhubung usai wisuda harus langsung bertolak menuju pulau jawa. Saya terpaksa membiarkan kesempatan itu habis dibakar waktu. Hey Yolla, kakak tidak akan lupa dengan kamu. Pernah menjadi keluarga besar di prodi PA, tentu ssangat bangga. Semoga kelak, kita bisa mengadakan reuni akbar. Menyambung kembali rantai persaudaraan.

Ketiga, Deri Yanti. Perempuan bertubuh makmur asal Bukitinggi ini merupakan adik kos saya, semasa berada di kota Padang. Selama kurang lebih 2 semester kami menjadi keluarga di kawasan surau balai, kos yang selalu menjadi langganan banjir tatkala hujan sedang ramah menyapu wajah kota. Orangnya baik,tidak pelit namun dia sedikit usil. Bahkan saya sempat menangis saat kenakalannya menyala. Saya juga sering berkunjung ke rumahnya di Bukitinggi. Rumah yang tak jauh dari lapangan kantin itu masih terpeta jelas dalam benak. Suasana nan sejuk selalu saya rindukan, meski sebenarnya indra penciuman saya menolak untuk menghirup. Apa kabar sanjai, apa kabar Ama, apa kabar Tika dan si kembar adikmu itu Ri. Saya merindukan hangatnya irama minang, lagu Ratu Sikumbang yang sering kau putar dengan pengeras suara.

Terakhir, Siska. Perempuan lulusan UIN Medan ini juga tak mau kalah saing melempar pertanyaan berupa kabar di kolom komentar. Perempuan yang saya kenal lewat udara. Perempuan berwajah manis ini merupakan saudara, ah jangan disebut.  Itu bagian masa lalu saya, setidaknya meski dengan mamak dia saya telah hilang komunikasi, semesta masih memberi luang pada saya untuk mengokohkan yang telah lama roboh. Semoga jalinan ini tetap terjaga. Semoga kamu dan aku sudah sembuh dari masa lalu yang kian lusuh.

Terima kasih, untuk keempat perempuan yang telah rela mengetik kabar untuk saya. Semoga kita tetap dalam naunganNya. Selamat menjalani sisa-sisa waktu yang kita tak pernah tahu akan sampai batas mana kita berdiam diri. Sekali lagi aku beruntung, ternyata tanya itu masih ada. Alhamdulillah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri