Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Kesumba Keling

Gambar
Ada yang tahu dengan pohon ini? pohon yang menghasilkan bunga semacam rambutan merona merah dan perdu sekali bukan, yup kesumba keling tanaman ini dulu sering dijadikan inai oleh sebagian remaja putri yang masih berusia belia seperti saya, semasa di jenjang sekolah dasar dulu sangat hobi menggunakan bunga ini sebagai pewarna kuku. Seiring bergulirnya waktu sepertinya tumbuhan ini mulai lenyap dari pandangan mata saya, eh tapi ndak tau juga yang jelas selepas saya lulus SMP sudah tidak ada lagi orang-orang melestarikan bunga ini di halaman rumahnya.

#‎GoresanMenjelangPagi‬

Usai menjalankan shalat Shubuh kakak lelakiku dan anak bujangnya menyaksikan ulasan seputar bola tadi malam, aku tak tahu persis pertandingan liga apa. Karena posisi aku masih di kamar sementara mereka asyik mendengkur di atas permadani merah yang mulai terlihat kumal. Selang beberapa menit kakakku Dadan menukar channel ke stasiun televisi RCTI dan di sana sedang di putar tentang rohani agama non Islam dan aku tahu agama apa itu. Aku terkejut seketika anak bujangnya marah dal am arti ia melarang ayahnya untuk menonton acara yang bukan tentang Islam. Dari balik kamar aku tersenyum sebelum aku masuk ke dunia Perkuliahan hal seperti itu aku alami jua tapi apa Ilmu Perbandingan Agama mengajarkanku agama kita belum terlihat benar dan sempurna sebelum kita mempelajari atau mengetahui tentang agama lain. Dalam hal ini kita perlu melihat atau menelusuri lebih jauh apa sih kehebatan agama mereka di banding Islam dan mencari segala kemungkinan yang belum kita ketahui, dengan cara

Happy Monday ^_^

Gambar
 Kadang suka heran apa salahnya hari senin, sampai-sampai banyak orang yang mengutuk hari itu. Padahal bukankah semua hari itu sama, sama-sama baik kitanya saja yang terlalu berlebihan menganggap hari itu adalah horor, atau mungkin mereka hanya ikut-ikutan saja. Please semakin kita bisa menerima keadaan dengan baik dengan hati yang tulus yakinlah semua akan terasa lebih ringan, sesarat apapun tugas kita, hadapi dengan santai perlahan namun selesai. Bisikan pada hati kecilmu wahai senin aku mencintaimu moga hari ini penuh berkah serupa dengan hari-hari lain terlebih Jum'at yang selalu di anggap baik."Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” Q.S Al-Baqarah : 216

Banjir

Aku masih lupa malam itu pukul berapa, kakak lelakiku tengah ribut membangunkan anak-anaknya yang masih tertidur pulas, seperti orang yang sudah benar-benar mati saja, sementara aku telah terjaga sembari mengucek-ngucek mata yang masih samar melihat langit-langit kamar. Tak lama aku pun keluar ternyata air sudah naik ke permukaan teras rumah kakakku, aku masih saja menguap aku menaksir ini masih sekitar jam 12 malam, dan benar saat menatap arloji perkiraanku tidak salah. Tak lama aku berlari kecil ke belakang mencari kain usang untuk dijadikan lap menyerap air-air yang mulai masuk menyelinap di antara celah-celah pintu. Jujur aku jijik melihat air yang masuk sudahlah berwarna kuning pekat di tambah tanah-tanah tak berdosa yang ikut masuk memenuhi ruangan tengah, tapi apa daya jika tanganku tetap merasa jijik aku tidak akan tenang melanjutkan tidur, sesekali aku mendengus hampir lima ember aku mendapat air perasan dari kain yang sudah kumal, sepertinya kain itu baju bekas anak pertam

Gubuk Tua

Ayah.. semua merinduimu gubuk yang kau bangun kini lapuk di lalap serangga lapar hanya ada janda tua yang masih betah berlindung di bawah atap-atap bocor Aku sempat bertanya padanya wahai ibu yang telah berusia senja perihal apa yang membuatmu enggan beranjak dari tempat usang ini Nada lirihnya menjawab pelan nak, bertahun-tahun ayahmu bekerja mengais rezeki kesana kemari tanpa mengenal waktu Lautan hujan tetap ia arungi jalanan duri tetap ia pijaki terik mentari tetap ia sambut dengan hangat peluhnya jatuh membasahi bajunya yang kumal Taukah, semua itu hanya untuk membangun sebuah tempat agar kau dan saudara-saudaramu tak merasakan hal yang sama seperti ayahmu terlindung dari jahatnya alam yang kerap mengamuk tak menentu Berdoalah untuknya, ibu yakin ayahmu kini tengah tersenyum mendengar perbincangan kita tetaplah menjadi anak berbakti berhati mulia terhadap sesama Karawang,06 Februari 2016 Maria Ulfa 9.35 WIB

Suatu Pagi

Gambar
  Suatu pagi aku melihat beberapa embun, di antara rekahan daun bulir beningnya tampak anggun, tanpa beban mereka sesekali berlari menuju celah-celah daun namun sesaat, setelah surya tersungkur jatuh di kaki timur,ia lebur terlupa kurun dalam jangka tak terduga  Oleh: Maria Ulfa

ENTAH

Aku pernah tulus mencintai namun hanya dusta yang kudapati aku memang pernah melukai namun seusainya kau malah pergi Aku tertegun, dalam hening paling tekun apa yang salah dariku apa yang membuatmu pasrah menjauhiku Entah, waktu memang seolah tak memihak kepadaku Tapi bagaimanapun walau dunia dan seisi menjauh aku tak pernah merasa rapuh sebab Dia selalu ada merengkuhku dalam peluk hangat doa

Jawaban Rindu Untuk Lusi, Sahabatku

Gambar
Oleh: Maria Ulfa (@mriaulfaaff) Aku baik kini aku sedang berjalan, menyusur gaduh keramaian di sebuah kota yang kusebut kota pangkal perjuangan bahagia katamu? aku selalu bahagia walau harus mengunyah beberapa masalah yang begitu pahit melebihi rasa obat tidak, sedetik pun aku tak pernah melupakan cerita manis kita sendiri katamu?  aku terkekeh mendengarnya,  sebab aku pun sendiri di sini hanya berteman sebuah pena dan secarik kertas putih pun serupa dengan apa yang kurasa  setiap jam berdentang aku merasa sunyi dalam dengung keheningan kau tahu, tanganku gemetar bibir bergetar saat membaca beberapa aksaramu,  kau tahu berpisah bukan berarti kita tak bisa bersama lagi, di waktu yang entah kita akan bertemu kembali,  dengan cerita yang jauh lebih konyol dari sebelumnya bukan hanya kau yang kehilangan sebuah bahu,  pun sama halnya denganku,  di sini aku kerap bersandar pada pohon ketegaran,    tempatku berteduh dari gemuruh ketidakpastian dunia

Mawarku

Gambar
  Di musim gugur mawar megar melukai tubuhnya duri tajam ia tancap tanpa ragu lembar demi lembaran kelopaknya tanggal jatuh berguguran bulir bening pun menetes ke permukaan tanah menganak sungai ketabahan kala dirinya hanya setangkai bunga yang lapuk di lalap masa O mawarku samakah engkau dengan penulis ini yang  hanya sebatang kara di tanah jawa teman tiada gubuk derita pun aku tak punya hanya berbekal semangat dalam dada yang sengaja ku cipta untuk bertahan sementara saja  dari munafik dunia fana. Oleh: Maria Ulfa Karawang, 04 Februari 2016 11.00 am