Surat Kelima Hari Keenam

Senja kali ini, aku bingung harus merangkai kalimat apa. Padahal aku sudah berjanji akan menulis surat untukmu. Ah kenapa jemari jemari ini begitu sarat mengeja kata demi kata untukmu dik. Apa kabarmu?  Ini februari kedua tanpa bersinggungan dengan senyummu.

Setelah mengenakan jubah hitam dipadu toga kebanggaan. Perjumpaan kita benarbenar terputus oleh waktu. Aku melanjutkan mimpiku dan kau masih setia menimba ilmu di kota bengkuang. Sungguh, aku heran saat pertama bersua akhirnya kau tibatiba akrab menyapaku.Tak jarang kau bilang aku kakak cantik, terlebih saat kita berjumpa di antara anak tangga menuju perpustakaan institut.

Aku senang, kau selalu riang dihadapanku. Seolah saat melihatmu tak ada beban yang menyandar di pundak. Kau anggun, baik, cantik bahkan aku pernah bergumam pada hatiku kau itu tampak seperti Irish Bella. Aku yakin siapa pun adam yang melihatmu akan terpesona.

Aku juga masih ingat saat kau kecewa karena aku membatalkan Tour Study ke Pekanbaru. Saat kau tak bisa memberi seikat bunga di perayaan wisudaku. Maaf aku juga tak bisa hadir di perayaan wisudamu tahun lalu. Selamat ya sudah bergelar Sarjana Ekonomi.

Aku tahu, saat ini kau sedang berada di Ibu kota, mencari sesuap asa serta menjemput. Aku senang kau sudah bekerja, semoga betah. Aku hanya berharap semoga di lain kesempatan kita bisa berjumpa. Kau taulah, Karawang-Jakarta tak sejauh saat berpulang ke kota Padang. Yang tetap semangat ya cantik, aku merindukan bola matamu yang bening. Untukmu Sarimel Aini.

Maaf ya dik, sekiranya tulisan kakakmu ini tak sesuai harapan, akak hanya berharap saat kau membaca dan mengajak ingatan tentang kita di masa silam, kau tersenyum dan berkata aku merindukanmu kak. *maksa 😊 😄


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri