Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Surat Untuk Timur Kali Kesekian

Gambar
Haruskah  kecewa, ketika harapan tak kunjung menyapa.  Haruskah mengunci rindu ketika pertemuan masih bersandar pada tonggak semu.  Hey, aku harap kamu mengerti, sebentar saja.  Aku rindu pada kita yang dahulu, seperti tak pernah kehabisan cara untuk memulai sebuah jeda. Ingatkah kamu, seringkali kita duduk di bawah lengkung senja sembari menyaksikan camar-camar terbirit dari laut.  Bercerita tentang banyak hal yang sama-sama kita rasa. Kadang menitip senyum juga tawa di balik bukit magenta. Aku menunggu masa di mana kamu lebih dahulu mengirimiku sebuah pesan meski hanya sebatas hey. Tapi setelah bersandar pada hati dan sedikit memahami ego, aku sadar atas kesibukanmu belakangan.  Bahkan untuk menanyakan kabar aku tak berani sedikit pun. Aku takut, aku menjadi penghalang masa depanmu. Aku hanya ingin menjadi rumahmu, kelak di saat semua peluhmu berjatuhan ada aku dan dia yang akan menyambut letihmu. Semoga kamu bahagia ya, dan mengalami kebe

Dua Musim Yang Berbeda

Gambar
Rindu? Sebuah kalimat sederhana yang sengaja kau titip pada celah jendela malam ini bukan? Di antara sepinya waktu yang hanya menyisakan suara letih arloji Seharusnya kamu permisi Dan meski temaram tak pernah mengizinkan, aku bahkan cemas jika harus mengusirmu pergi Lagi, ini kali kesekian Ingatan terjebak pada kata ragu.  Hey apa yang keliru dariku? hingga aku harus menanggung rindu yang tak berkesudahan. Aku menyerah, pikirku sesaat ketika menyesap udara hampa.  di hadapan gelas kosong yang hanya menyisakan serakan kelabu.  Aku berpikir, hatiku bahkan cukup kuat untuk menopang semua ini.  Sebab aku tahu, ikrar kita  terjaga.  Ada aku dan kamu yang masih tenggelam pada fase yang sama.  Sadarkah, kita adalah dua musim yang berbeda,  namun tetap bernaung pada jantung yang serupa; semesta.   

Bersama Jingga Yang Membias

Gambar
Langkahku terjebak pada labirin yang gelap, pengap tak ada seberkas cahaya untuk sekadar beranjak. Aku ingin pergi, mengasingkan diri dari ruang tak berpintu ini. Hilang, semua yang ku genggam terlepas begitu saja. Inikah caraMu agar aku lebih mempertimbangkan tindakan mana yang akan berbuah kusut. Sedang hasrat terus memaki sebuah harapan yang masih bersandar pada ttiang kelabu. Aku menyerah, tapi nasibku akan kalah.  Bagaimana, bilakah kebahagaiaan itu akan terbenam bersama jingga yang membias?

Denganmu Aku Bisa - Kelas Inspirasi Karawang 2

Gambar
Bermula dari semangat yang berapi-api. Akhirnya langkah kami di pertemukan di tempat ini. Di sebuah sekolah yang terletak di tepian rel kereta api. MTS N 4 Karawang. Aku memang belum akrab dengan daerah tersebut, namun berkat panitia yang super humble akhirnya aku mendaratkan si hijau tepat di halaman sekolah yang di hiasi beberapa pohon rindang. Walau sebetulnya selama menempuh perjalanan, aku kerap memberhentikan si hijau untuk bertanya kepada orang-orang yang sedang berada di bahu jalan, semisal pedagang kerupuk yang sempat kutanya namun akhirnya menggelengkan kepala. 13 November 2016 hari di mana semesta turut merangkul hasrat kami. Tentang kesungguhan untuk menjadi bagian orang-orang terdidik. Jujur sebenarnya saat itu kondisi badanku setengah tidak enak, namun karena tidak ingin mengecewakan panitia akhirnya aku mendapat restu dari ibu yang mulanya tidak mengizinkan. Entahlah, saat bertemu mereka aku seolah merasakan hidup kembali, setelah hampir beberapa masa