Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Indahnya Berbagi

Gambar
Oleh : Maria Ulfa Tak perlu kusebut siapa yang tiba-tiba mengirim pesan singkat ini, ada rasa iba tentunya dalam hati tapi jujur aku memang punya simpanan uang dan aku juga membutuhkannya untuk pembayaran bulanan pada tanggal 18 esok dan angkanya pun terbilang tidak kecil. Aku tak ingin mengecewakan siapa pun dan aku pernah berandai, andai aku memiliki harta lebih aku akan menolong orang-orang yang sedang kesusahan tanpa harus mereka membayar setelahnya, ya Allah tetapi walau dengan keaadaan t erhimpit hamba tetap bersyukur setidaknya hamba masih bisa membiayai kebutuhan hidup ibu hamba.  Karena tak mungkin hamba harus meminta terus pada abang tertua hamba. Hamba cukup malu selama ini merepotkan abang lelaki yang tengah berjuang mengobati istrinya yang sudah hampir 4 tahun mengidap penyakit gagal ginjal.  Ayah entah mengapa aku selalu berharap hadirmu tak pernah sirna, selalu ada menemani kami melewati masa-masa sulit, tetapi ya Allah aku percaya pada rancanganMu s

Maafkan aku ibu

Oleh : Maria Ulfa Hampir dua pekan ini aku menghabiskam waktu dengan seseorang yang kusebut teman. Namanya Ridwan, pemuda yang berdarah minang dan mandailing ini tengah menimba ilmu di kota pahlawan. Setiap hari kami obrolan kami semakin hangat kadang mengukir tawa juga kecewa. Kumaklumi hal demikian. Malam tadi tepatnya pukul 20.30 di jam ponsel dia berpamitan pergi untuk mengunjungi toko parfum, selain jadi mahasiswa dia seorang pemuda yang mau berkorban, rela menghabiskan sisa jam kuliahnya dengan berjualan. Aku salut memiliki teman sepertinya, ia tidak gengsi dan mau melakukan hal apa saja demi pertahanan ekonomi. Kuakui semasa kuliah aku pun pernah melakukan hal demikian, tepatnya pada semester akhir aku mendapat kerja part time menjual Risoles di depan Adek Swalayan Lapai kota Padang, aku tak pernah malu dan saat bersamaan sebenarnya aku sedang berusaha menyelesaikan skripsi apa daya jam untuk membuat skripsi kadang terpangkas oleh jam bekerja, aku yang terlibat dalam pener

Hey Kamu

Oleh : Maria Ulfa Seperti orang-orang saat pergi berlibur dan ketika seseorang yang diberi rasa lebih tak ikut serta maka beberapa di antara mereka akan menulis pada sehelai kertas bernada "Hey kamu iya kamu kapan kesini, aku yang tengah berada di salah satu kota justeru ingin membuat aksara tersebut pada kertas diary. Kuraih pulpen dan berniat merangkai kalimat tersebut.  Namun tiba-tiba aku malah mengambil ponsel yang sedang teegeletak di atas rak-rak buku, kugeser layar kunci kearah atas la ntas kubuka bbm dan mengapa sesak timbul tenggelam dada. Seseorang dari jauh yang telah ku beri rasa lebih justeru memasang dp bbm dengan klise perempuan berkerudung hitam, mukanya oval dan terlihat tengah mengabadikan dirinya sendiri pada ponsel miliknya. Nyaris awan-awan di langit bergumul menuju mata membentuk mendung, sampai beberapa tetes bening pecah membasahi pipiku. Aku tak kuasa menopang cemburu ini pertahanan runtuh kepedihan singgah. Ah aku fikir
Oleh : Maria Ulfa Saat kendaraan berlalu lalang melintas keramaian kota, aku masih saja memikirkan keadaanmu. Tentang semalam yang berujung peluh kecewa. Kekasih, aku mencintaimu tanpa tapi namun keadaan memaksa jua. Maaf bila akhirnya aku berjalan mundur lantas menutup pintu erat-erat hingga kubangun sekat yang begitu langit.   Dan tak ada lagi celah untuk kau singgah. Aku pamit, sementara kita kunci pertemuan dalam masa yang entah. Aku percaya jikalau nama kita sudah terpatri pada kertas rahasiaNya, setinggi jarak membatasi, seluas samudera menghalangi semua akan pupus tersingkir jemari Tuhan. Kebersamaan akan menghampiri dan kini biar kenyataan yang datang mengasuh, mengikhlaskan tanpa rusuh mengembalikan semua pada sang Esa. Karawang, 10 Mei 2016

Silaturahim

Assalamualaikum sahabat, saya di sini tidak akan mengurai dunia tulis menulis atau tentang kata-kata puitis yang selalu saya simpan di lembar-lembar bisu. Ini tentang perkara menyambut bulan suci. Pagi, seusai shalat shubuh saya menyaksikan tausiyah di salah satu stasiun televisi ternama. Dalam ceramah agamanya beliau yang akrab d i panggil Ustadz (tidak perlu saya sebutkan namanya) mengatakan bahwa Ramadhan sudah di depan mata, hanya tersisa 36 hari lagi untuk menujunya. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan jelang bulan suci tiba salah satu di antaranya adalah menyambung tali silaturahim yang sudah lama terputus.  Awalnya saya berkata alhamdulillah, hubungan saya terhadap keluarga atau sahabat sejauh ini berjalan mulus.  Bertanya kabar dan saling sapa lewat beberapa media sosial sesekali bicara via telfon. Kendati pun saya akan tetap meminta maaf kepada mereka menjelang ramadhan tiba.  Lantas saya berpikir dan kembali menarik kejadian-kejadian silam--yang