Teruntuk Kamu, Sahabat Septemberku

Oleh : Maria Ulfa




Sahabat, jika hari ini aku tak seramah dulu, bukan berarti aku sedang menuju lupa. Banyak yang sedang kuselesaikan, menata ulang jalan hidup ke arah masa depan yang gemilang. Aku bukan kamu, yang dengan mudah melanjutkan cita-cita tanpa ada kerikil tajam yang menghadang. Ah aku tidak iri, atau tidak mensyukuri apa yang telah kudapati. Hanya saja perasaan setengah ingin memiliki itu sedang menghantui. Tapi bathinku selalu yakin, tak ada seperak pun yang sia-sia. Termasuk saat kehilangan hal-hal yang teramat kita suka. Yang hilang akan segera tergantikan, dengan tetap melibatkanNya dalam setiap urusan hidup.
 
Jika kamu menganggap semua telah benar-benar usai, itu hak kamu. Karena serumit apa pun, dan sesulit apa pertemanan kita. Aku tetap merekatkanmu pada kertas persahabatan. Terima kasih pernah membingkai namaku pada lembar persahabatanmu. Oh iya, aku lupa ada yang ingin kusampaikan. Saat usiamurtambah angka di belakang, aku telah menulis beberapa catatan kecil di bloggku. Blog sederhana yang tak pernah ku publish pada sesiapa. Termasuk kamu.
 
Maaf untuk keterlambatan membalas pesan-pesan recehmu. Pesan biasa yang kelak menjadi luar biasa saat orang-orang mulai tega menjauhiku. Kadang aku bingung, balasan apa yang layak untuk merapikan jeda yang terlalu lama ini. Aku semakin sadar, saat aku beranjak dewasa tak banyak orang yang ingin berada di sekitarku. Di tambah dengan keadaanku yang benar-benar terperangkap di zona hampir punah. Aku juga percaya, untaian kalimat yang terbubuh di pesan itu ungkapan tulus yang telah lama kau ketik. Namun kau terlalu takut untuk tidak kubalas. Saat ini, saat dunia benar-benar mengacuhkanku. Aku sadar kau orang yang tak pernah jauh meninggalkanku. Kau selalu ada menjadi rumah ketika masalah menghujani duniaku.
 
Sekali lagi, aku tak pernah melupakanmu, tak terbesit menghapus namamu dari daftar orang-orang terhebat. Esok atau di kemudian hari, semesta akan mempertemukan kita lagi. Bercerita tentang segala kepayahan yang pernah melanda. Aku tahu saat ini kau tengah berjuang menyelesaikan studi magistermu. Jangan lelah berusaha, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu; sahabat septemberku.

Kota Padi, 07 Januari 2017 / 13.42 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri