Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri

Oleh : Maria Ulfa

Judul Buku : Dawai Cinta Tanpa Nada
Penulis : Ansar Siri
Editor : Tiara Purnama Sari
Penerbit : Mazaya Publishing House
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku :78 halaman
ISBN : 978-602-6362-09-4
Dari Mazaya Publishing, 02 Desember 2016
BLURB
Cinta bagaikan ruang tak bertepi, mengandung partikel misteri yang tidak terjabarkan. Hal ini semakin pekat di sisi Mia, ketika cinta menyapa dalam balutan nada-nada syahdu. Ia menemukan kedamaian di balik pohon oak, menjadi pengagum rahasia pemuda yang ia juluki " Malaikat Pengutus Kedamaian." 

Hingga waktu menghadirkan awal cerita baru, ketika pandangan mereka bertemu di satu titik. Tatapan itu berbicara, berusaha saling memaknai. Meski takdir membuatnya sedemikian pelik kemudian.

Butuh waktu yang panjang, sebelum Mia menemukan akhir sebuah kisah yang dianggap usai. Mereka meleburkan segumpal tanya yang sesaki hati, meski ia tak punya jawaban, lantas akhir seperti apa yang mereka bubuhkan untuk kisah yang menggantung selama ini?

REVIEW 
Si merah jambu ini sebenarnya sudah 30 hari yang lalu tertata di rak buku. Hanya saja masih ada beberapa hutang bacaan yang belum tersudahi. Awalnya saya berpikir ini novel isinya murni tentang pertikaian hati anak muda. Namun prediksi saya keliru, novel ini mengajarkan tentang banyak hal, kehilangan, perjuangan yang diberi bumbu ikhlas serta sabar, saling membantu terhadap sesiapa.
Ceritanya cukup unik, ditambah nuansanya yang islami membuat bola mata tak ingin berkedip. 

Saat membacanya kadang tersenyum geli, kadang membiarkan air mata mengalir jatuh begitu saja. Dan yang paling saya suka bagian Malaikat Itu Pergi, tepatnya saat Mia berusaha mengembalikan sosok Evan yang seutuhnya. Di bab ini saya banyak menemukan kalimat vitamin. Kalimat yang pada intinya mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia paling bahagia, yakni dengan tetap menjaga syukur. Tidak mudah menyerah dan selalu berprasangka pada alurNya.

Terima kasih untuk penulis yang telah behasil mencuri perhatian saya, bacaan semenarik ini sangat sayang untuk dilewatkan. Bahkan usai membacanya, terpaksa harus saya wakafkan rasa rindu untuk Fahran, Aida, Raul dan Laila. Saya akan merindukan kepolosan mereka. Teruntuk Mia dan Ust. Ansara, semoga jalinan silaturahmi tetap terjaga. *baper.
.

.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Teruntuk Kamu Lelaki Masa Depanku ♥