Beginilah Keseharian Polisi di Karawang

 Oleh : Maria Ulfa

Pagi dengan udara sejuk kota Pangkal Perjuangan, saat burung-burung tengah asik bersahut di atas ranting pohon seri, kulajukan mio hijau ke arah lampu merah dekat terminal Klari, sayang jalan penyebrangan di tutup oleh sejumlah polisi lalu lintas dan petugas dinas perhubungan, aku memutuskan untuk menunggu karena biasa waktu penutupan jalan tidak lebih dari setengah jam pukul 07.00 -07.30 WIB namun hari ini ada yang berbeda, saat kulihat arloji hitam di sebelah tangan kanan, waktu telah menunjukan pukul 07.42 WIB. Dengan nada kecewa kuputar kunci bergantung kitty ke arah tulisan on, aku menuju tanjakan sebelah kiri arah ke Cikampek, memutar belok tubuh mio.

Seperti biasa aku menggunakan masker kuning, helm merah dan sarung tangan berwarna hijau, aku tau cuaca di Karawang tak seramah tempat aku dilahirkan. Salah satu desa terpencil yang ada di Sumatera Barat , Dharmasraya tepatnya di Desa Telaga Biru, selaras perkembangan zaman kini berganti nama menjadi Nagari Koto Ranah, Minangkabau terkenal dengan adat dan istiadat yang tinggi, kaum minang selalu mematuhi petuah terdahulu, yang paling menjadi pilar utama orang Minang adalah Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah, Sarak Mangato Adat Mamakai, kurang lebih seperti itu. Di sana aku selalu menemukan kedamaian dan ketenangan jiwa, tak ada gaduh, tak ada suara bising kendaraan dan ini bertolak belakang dengan kota Pangkal Perjuangan  kendaraan yang melintas cukup padat bak segerombol semut yang merayap menuju tumpukan gula, polusi udara muncrat tersebar kemana-mana.

Setelah melewati batas lampu merah sebelum polres karawang, aku berhenti sejenak membenarkan masker yang sedikit kendor, kukencangkan tali penguat keduanya lalu dengan pelan-pelan kulanjutkan perjalanan ke arah kantor. Belum sampai aku berada di depan polres kota Karawang lantunan suci terengar nyaring di gendang telingaku, aku berusaha mencari sumber suara tersebut tepat di depan kantor berseragam coklat, ku tahan gagang motor di tangan kiri ku putar kunci ke arah tulisan off, Subhanaallah setelah kudengar dengan seksama ternyata bunyi itu berasal dari masjid yang terdapat di kantor petugas negara berseragam coklat, aku terharu mendengarkan lantunan asmaul husna dengan merdu, aku pikir semua polisi itu bekerja hanya di kantor dan di lalu lintas saja, menangkap orang-orang yang kedapatan melakukan tindak kejahatan, mengayomi masyarakat dan selebihnya. Aku hanya berharap pada semua polisi-polisi dimana pun, bisa mengemban amanah negara sesuai dengan koridor yang telah ada, tidak merugikan masyarakat bahkan membuat gelisah, menciptakan kedamaian di belahan bumi nusantara dan semoga mereka memiliki pegangan iman yang kukuh, sebab hidup tanpa agama akan menuntun kita pada kesesatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri