Dari : Anakmu yang bocah

Al hamdulillah masih bersua dengan 10 November. Hari di mana seluruh insan nusantara memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945, di mana para tentara dan milisi indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dai Revolusi Nasional Indonesia. 

Bicara hari pahlawan, bagiku menjadi pahlawan tidak mesti harus bertempur di medan perang. Bahkan perjuangan dua insan yang telah membesar dan mendidik anak-anaknya melebihi apa yang di lakukan para pahlawan terdahulu. Orang tua adalah pejuang yang kenal letih juga pamrih. Berkat keduanya aku telah tumbuh menjadi perempuan berusia 20 tahun lebih.
 

Ayah, terima kasih sudah berjuang melawan rumitnya hidup yang membuatku tetap tersenyum simpul saat menatapmu cemas di istana merah. Maaf aku belum bisa menjadi anak yang berbakti sampai masa memberi ruang pada sebuah kalimat bernama jeda. Tentang keterpisahan yang membuatku terkadang resah. Ayah, engkaulah pahlawanku. Maaf belum sempat mendatangi rumah barumu di Sumatera. 

Dan teruntuk wanita senjaku, milyaran detik telah kita lampaui dengan baik. Terima kasih juga telah membuat aku mengakrabi sunyi ketika berada di ruang rahimmu yang damai. Tentang enampuluh purnama yang telah membasmi sejenak dahagaku kala itu. Butiran peluh yang pernah mengiringi perjalanan hidup, juga maaf masih belum sanggup kubayar dengan apa-apa.

Izinkan aku memesan bahagia hari ini pada Tuhan, tentang kebersamaan yang selalu kita rindukan. Ayah, Ibu terima kasih untuk kesekian kalinya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri