Aku Seorang Munafik

Oleh: Maria Ulfa

Aku sempat berjanji pada Tuhan dan diriku, semenjak putus dari dia aku berikrar untuk tidak mencari pasangan lagi. Bertawa ria dengan sepi, menjaga keistiqomahan beribadah. 

Hah jomblo, temanku berdecak heran

Lantas salah? ucapku santai

Ember? timpalnya lagi

Salah satu teman kuliahku, selalu kepo menanyakan apakah aku berhasil mencari pengganti mantan sebelumnya atu justru sudah memutuskan untuk CLBK. Helo?? Kutegasskan padanya, niat awal aku menginjakkan kaki di bumi semata-mata hanya untuk menyembah ilahi, bukan untuk pacaran putus lantas gonta-ganti? Lu pikir agen makanan apa, yang bila langka di toko si A lalu mencari ke toko si B. 

Hidup bukan perkara soal gula-gula cinta belaka, boleh mencintai namun apakah sudah berada di koridornNya, bila belum ubahlah sedikit paradigmamu kawan dalam menempuh kehidupan yang fana.

Jujur aku yang terlahir dari lingkungan agama memang agak menutup diri. Itu sebabnya aku memutuskan untuk tidak berurusan dengan cinta, yang ada bakalan patah hati ujung-ujungnya jadi pujangga amatir wkwk.

Lalu apanya yang munafik, bila kamu sudah memutuskan untuk menghindar dari perkara yang tidak baik? Saya yakin pertanyaan ini timbul tenggelam sejenak di nalar para pembaca. Lah kok ndak sesuai antara judul dengan isi, epsa jangan mudah menyerah sabar di sayang Allah kan,

Begini mas bro dan mbasis saya kan berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi apa lagi menyandang status pacaran, uhuck rasanya sudah basi sekali untuk usia sematang saya, nih ya perempuan bila telah menginjak 20 tahun ke atas itu sudah memasuki tahap dewasa, berlaku serius dan menghilanngkan sedikit sifat kebocahan. Dan faktanya sekarang hatiku sedang berbunga ria.. mawar merah seolah tumbuh di halaman dada menandakan kesedihan telah usai, lah kok? sssttttt diam dulu saya belum selesai kok. 

Sekarang aku sedang jatuh cinta, setiap masa kuhabiskan waktu bersamanya, tidur memeluknya, kemana-mana ia selalu ada, ya saya telah berhasil move on dari kisah lalu, kisah kasih di kampus yang bertragis galau, ahaha eps aku hampir, ya perkenalkan pacar baru saya adalah buku, patah hati mengajarkan untuk tidaak patah hati, 

Justru hal ini merubah pandangan hidup saya bagaimana melewati setiap eisode kehidupan dengan hal positif, membaca ya dengan membaca lara di hati sedikit terobati, buku-buku motivasi, penyejuk nurani selalu kujadikan makanan sehat untuk asupan otak. Dan semoga dengan membaca aku lebih giat menulis, menciptakan karya bermanfaat untuk khalayak, karena dengan menulis suara kita tak padam ditelan angin, sampai jauh. Jauh di kemudian hari kata salah satu tokoh sastra Indonesia Pramoedya Ananta Toer.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri