Aku Datang Wahai Kekasih

Oleh : Maria Ulfa


Serambi Mekkah, kota kecil yang terdapat di Sumatera Barat dengan hawa yang begitu sejuk tempat di mana aku bersua dengan buku Ini. Tepatnya di pertengahan purnama Desember 2012 di Perguruan Dinniyah Puteri Padang Panjang, kala itu aku dan rombongan Mahasiswa Bidik Misi mengikuti "Training Motivation" bertajuk My Big Dream.




Selama tiga hari berada di sana, aku benar-benar merasakan hidup yang hakiki, hidup yang sebenar hidup. Tapi sayang, semua aktivitas yang berlangsung di sana tidak bisa kupaparkan dengan rinci, ada beberapa ikrar yang harus aku patuhi dalam pelatihan ini. Singkat saja, selepas penutupan Ibu Fauziah Fauzan menawarkan kami dengan karya-karya terbaiknya, yang terangkum dalam beberapa buku dengan bermacam judul. Alhamdulillah pada saat itu aku membawa bekal uang lebih, aku putuskan untuk membeli 3 buah buku karya beliau dan Alhamdulillah lagi, ketiga buku yang kubeli semuanya dibubuhi tanda tangan beliau. 

Dua buku beliau telah usai kubaca, dan entah mengapa baru hari ini aku mau menyentuh buku kecil ini, seperti ada magnet yang mengajak dua bola mata untuk membacanya. Kalian tau, masih berada di pertengahan halaman air mataku membuncah membasahi pipiku yang tak mulus, ada ketenangan jiwa saat membacanya, bahkan novel-novel best seller yang aku gemari masih terhitung jauh, di banding buku ini. 

Penulis berusaha mengajak pembaca untuk terjun ke dunia yang sebenar dunia, rangkaian kisah terbaik Rasulullah dan para penyiar Islam hadir di sini, perjalanan tentang penulis menuju tempat kelahiran sang Suri Tauladan, Masyaallah Ibu Zizi terima kasih untuk segala motivasimu, doakan anakmu ini walau aku tak terlahir dari rahimmu namun sempat kau didik selama tiga hari menapaki kaki di tanah suci. Aku ingin berada di Multazam di mana ribuan umat menaruh harapan besar gar doa mereka terkabul. Seusai membaca aku ppun mencoba merangkai kata, mewakili emosi jiwa yang tengah gebu untuk datang ke rumahNya.


 Wahai angin
terbangkan harapanku
menembus langit multazam
di sini doa belum sampai
sayap-sayap telah berderak
patah merapuh tergeletak
Tahajud ia singgahi
Dhuha ia jamahi
Tapi doa belum sampai
Sesarat inikah dosa yang bermukim?
Sampai satu maafku belum hapus keberadaanya
Hilang, aku ingin pulang saja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri