Surat Untuk Timur #1

Assalamualaikum wr.wb

Apa kabar Timur? apakah semalam tidurmu nyenyak? adakah aku terselip diantara kelopak bunga tidurmu?

Aku percaya hari ini Allah akan membersamaimu begitu pula aku. Perempuan yang selalu mengecup namamu dalam setiap doaku. Perempuan yang sedang berusaha memahami kekurangan dan lebihmu. Perempuan yang kerap didera cuaca khawatir saat kamu diam, dan tak ada sepucuk pesan yang kubaca. Perempuan yang sangat takut untuk kehilanganmu. Benar-benar takut. 

Apakah aku salah, ketika menumbuhkan benih-benih cemas saat kamu tak memperoleh kabar darimu. Ini kewajaran yang tak bisa aku hindari.

Timur, apakah tahu? hari ini aku takut sekali untuk memulai percakapan denganmu, walau  hanya sekadar menyapa lewat bbm, aku sungguh tak berani memulai. 

Aku sadar untuk beberapa terakhir ini, aku selalu berprasangka yang tidak normal. Ketahuilah, semua kecemasanku adalah semata-mata karena kamu terlalu berharga untukku.

Seperti pagi tanpa embun, seperti itulah aku tanpa kabar darimu. Kamu pagi yang selalu ditandai dengan sekelebat salju. Kamu adalah warna yang muncul setelah hujan reda. Aku selalu menandaimu dengan hal-hal yang paling indah.

Aku tahu  hari ini kamu pasti kerja kan? semangat ya, jangan lupa bersyukur hari ini. Di mana pun kamu berada, doaku menyertaimu. Ada dalam setiap langkah yang kau ayun. Semoga segala masalah yang ada cepat mendapat solusi ya. 

Maaf aku belum bisa menolong kesusahanmu, maaf aku belum bisa menghapus rasa sedih yang tumbuh di lapang nuranimu. Pasrahkan semua hanya padaNya. Ikhlaskan semua kelak Allah akan memberikan yang terbaik.

Aku tahu, saat ini mungkin kamu sedang butuh waktu kosong untuk berbicara dengan hatimu sendiri. Karena aku tahu, kesendirian cara paling sederhana untuk berdialog dengan nurani. Merenungi perkara yang jatuh tanpa pernah dipinta, seperti gugur flamboyan di waktu senja.

Semoga waktu selalu memberi kita ruang untuk bersama lagi dalam kondisi apa pun. Karena sebenarnya aku merindukan masa-masa di mana kita tak mengenal kecewa dan air mata. Aku harap kamu baik-baik di sana.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri