Surat Untuk Timur Kali Kesekian

Haruskah  kecewa, ketika harapan tak kunjung menyapa. 

Haruskah mengunci rindu ketika pertemuan masih bersandar pada tonggak semu. 

Hey, aku harap kamu mengerti, sebentar saja. 

Aku rindu pada kita yang dahulu, seperti tak pernah kehabisan cara untuk memulai sebuah jeda.

Ingatkah kamu, seringkali kita duduk di bawah lengkung senja sembari menyaksikan camar-camar terbirit dari laut. 

Bercerita tentang banyak hal yang sama-sama kita rasa.

Kadang menitip senyum juga tawa di balik bukit magenta.

Aku menunggu masa di mana kamu lebih dahulu mengirimiku sebuah pesan meski hanya sebatas hey.

Tapi setelah bersandar pada hati dan sedikit memahami ego, aku sadar atas kesibukanmu belakangan. 

Bahkan untuk menanyakan kabar aku tak berani sedikit pun. Aku takut, aku menjadi penghalang masa depanmu.

Aku hanya ingin menjadi rumahmu, kelak di saat semua peluhmu berjatuhan ada aku dan dia yang akan menyambut letihmu.

Semoga kamu bahagia ya, dan mengalami kebenaran namun terkadang menyakitkan:rindu.

Hasil gambar untuk langit senja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri