Yang Tak Boleh Kulupa

Sebuah catatan yang masih hinggap di medsos.

Banjir?? lima huruf yang melempar memori untuk berada di satu kota, kota yang pernah menjadi impian dalam hidup. Ah tidak, itu dulu. Semasa alam di sana masih ramah menyapa. Jauh sebelum banjir yang melanda kota Padang kemarin, saya pernah menikmati empat kali genangan air di kota bengkuang. Saat itu kost saya yang berada di bilangan Surau Balai, samping Masjid Al-Ikhlas tersebut Andromeda.

Kali pertama banjir saya justru sedang berada di kampung halaman, Dharmasraya. Kabupaten yang kini di pimpin oleh Sutan Riska. Alumni SMA N 1 Sungai Rumbai yang juga pernah menjadi masa-masa sulit bagi saya dalam menimba ilmu di bangku putih abu-abu. Meninggalkan kota padang beberapa hari tentu saat itu saya harus mengunci lemari pakaian, barang yang letaknya di luar sudah di kemas oleh rekan saya Nila dan Kakak kos saya Putri, tatkala banjir melanda kost kami.

Walhasil sepulang saya dari kampung, baju satu lemari basah semua. Keesokannya langsung saya bawa ke laundry. Jujur, itu kali pertama saya memanjakan sepuluh jemari untuk tidak mencuci. Bayangkan saja pakaian satu lemari basah bercampur lumpur dan tanah, ah saya yakin kalian pun melakukan hal serupa seperti saya. Bahkan banjir-banjir selanjutnya saya dan teman-teman kost harus mengungsi Shalat, saat itu kami menumpang di wisma Rabithah, wisma yang berada persis di samping kost-kostan kami. Karena di sana saya memiliki teman satu fakultas, Lana dan juga Linda. Sehingga dengan mudah untuk meminjam tempat sebagai wadah ibadah. Eh iya apa kabar ya mereka? kira-kira sudah mendapat calon imam atau belum? ah abaikan 😂
 
Banjir belum surut, kalau tidak salah banjir terakhir yang saya nikmati akhir akhir tahun 2013 sebelum akhirnya saya memutuskan untuk pindah kost ke kawasan Anduring, dekat Masjid Baburahmah. Saya tidak bisa kuliah saat itu, genangan air setinggi lutut orang dewasa membuat kami tidak dapat melakukan aktivitas apa-apa. Lucunya setiap hujan besar, hanya kost kami saja yang di landa banjir. Seperti orang tuna wisma kami mengungsi di lantai dua Masjid Al-Ikhlas, bangunan yang masih setengah jadi saat itu.

Membeli nasi lantas memakan di lantai dua masjid, tanpa rasa beban kami saling tertawa menikmati setiap gerakan air yang menyelinap masuk ke sela-sela kost kami. Hey Ayu, Nila, Kak Revi, Deri, Ririn, Sry, Gabby, Desy, Novri. Ingatkah kita pernah berada di masa-masa anak TK yang mulai gemar bermain lautan kotor. Dan saya yakin saat ini kalian sudah beranjak dari tempat itu. Dan terakhir saya hanya ingin menyampaikan pesan kepada sanak dan teman saya di Kota Padang, terlebih teman sealmameter di prodi Perbandingan Agama, hey Lusi, Igus, Risma, Lili, dan kalian deretan pemuda yang tidak bisa saya sebutkan.

Bersyukurlah hari ini, di tanggal yang kata orang cantik tepatnya kemarin 16-06-2016 kalian dilanda musibah. Saya percaya ini adalah teguran dari Allah, serta alam yang mulai bosan dengan ulah kita. Semoga banjr di Padang bisa menjadikan kita pribadi yang senantiasa bersyukur atas ketetapanNya. Semoga lekas surut, hingga kalian bisa melakukan ibadah puasa seperti sedia kala. Salam hangat dari perempuan yang pernah menjadi bagian hidup kalian di Kota Padang. :')
Karawang, 17-06-2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri