Untukmu Neng

Selamat berkurang jatah usia. Neng, begitu ucapku saat memanggilmu. Terima kasih telah mengenalmu hampir tiga enam purnama. Apa kabar hari ini? semoga harapan yang membentang sesegera berwujud nyata. Kamu ingat? kali pertama waktu mempertemukan kita di aula sederhana fakultas ushuluddin. Sebuah tempat yang pernah membuatku bersyukur atas gelar tiga buah di belakang namaku. Malam itu, saat udara di kota bengkuang hampir gigil, kau dan rombonganmu singgah lantas mengadakan perjumpaan ramah. Kamu dengan balutan almameter hijau sementara dari pihak kampusku dengan balutan almameter berwarna dongker. (Abaikan warna almameter kami yang mulai berubah akibat efek editan, *tutup muka) :P

Entah kenapa, saat itu aku begitu hasrat mengambil beberapa potong gambar untuk dijadikan sebuah kenangan. Lantas bertemu dengan kumpulan mahasiswi yang tengah diburu lelah, dengan ramah kamu menawari sebuah kamera yang ukurannya lebih gemuk dan besar dari kamera yang sudah kugenggam. Jujur itu kali pertama aku memegang kamera dengan hasil yang memuaskan. Ah bahkan setelah bekerja pun aku tak sanggup menyisihkan rupiah untuk membelinya. Aku terlalu gemar menabung pundi-pundi lelah demi mendapat sebuah buku. Semisal kumpulan novel Tere Liye yang masih terlalu sedikit untuk kujadikan koleksi, beberapa karya antologi puisi bersama penyair nusantara. 

 
 Hari ini, saat akun media sosial facebook membunyikan alarm tentang peristiwa dua tahun lalu. Aku kembali menatapmu lekat-lekat. Ternyata penghujung Oktober adalah hari di mana kamu terpisah dari rahim yang dengan tabah mengasuhmu. Meski saat ini, rahim yang sempat menyelamatkanmu sudah tiada bersama tulisan takdir. 

Tak banyak alasan saat menulis kembali ingatan yang hampir layu di makan masa. Semoga tetap menjadi Neng yang kukenal sahabat. Meski sebenarnya kamu cukup layak di panggil butet dan akulah yang berhak mendapat gelar itu. Ah aku tahu, meski berdomisili di kota Medan adalah kamu seorang gadis berdarah Jawa. Yang sangat indah jika di panggil dengan sebutan Mba :D

Oya, aku hampir lupa. Apa kabar studi S2 mu saat ini? Sudah seminar proposal tesis atau malah sedang menyiapkan waktu untuk menggunakan jubah hitam di kali kedua. Ah aku iri kali ini, melihatmu yang sebentar lagi akan menyandang gelar Magister. Doakan aku juga ya Neng, semoga impianku mendapat beasiswa LPDP di dengar oleh semesta. Biar esok kita sama-sama mengadakan pertemuan di salah satu kampus. Mengulang kembali peristiwa yang hampir lapuk di makan waktu. Aamiin.

Yang Merindukanmu ^_^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri