Jawaban Rindu Untuk Lusi, Sahabatku









Oleh: Maria Ulfa (@mriaulfaaff)

Aku baik
kini aku sedang berjalan,
menyusur gaduh keramaian
di sebuah kota yang kusebut
kota pangkal perjuangan
bahagia katamu?
aku selalu bahagia walau
harus mengunyah beberapa masalah
yang begitu pahit melebihi rasa obat
tidak, sedetik pun aku tak pernah
melupakan cerita manis kita
sendiri katamu? 

aku terkekeh mendengarnya, 
sebab aku pun sendiri di sini
hanya berteman sebuah pena
dan secarik kertas putih
pun serupa dengan apa yang kurasa 

setiap jam berdentang aku merasa sunyi
dalam dengung keheningan
kau tahu, tanganku gemetar bibir bergetar

saat membaca beberapa aksaramu, 
kau tahu berpisah bukan berarti kita tak bisa bersama lagi,
di waktu yang entah kita akan bertemu kembali, 
dengan cerita yang jauh lebih konyol dari sebelumnya
bukan hanya kau yang kehilangan sebuah bahu, 
pun sama halnya denganku, 
di sini aku kerap bersandar pada pohon ketegaran,   
tempatku berteduh dari gemuruh ketidakpastian dunia
ku harap kau pun begitu ,
berdoalah untukku walau hanya dalam 
kata aku tetap merasakan kehadiranmu di sini, aku rindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri