Ranah Tiga Warna

Hampir dua puluh satu hari buku dengan kemasan warna lembayung ini menemani aktivitas sehari-hari saya. Bila ada kesempatan membaca saya langsung menghampirinya. Bila sehari sibuk dengan beragam urusan, terpaksa menitipkannya di kardus sisa mi instan yang saya minta dari toko abang sulung dua minggu lalu.

Buku dengan tebal 473 halaman ini, merupakan buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara. Dan merupakan kakak dari buku Ranah Satu Muara. Kebetulan sebulan silam saya telah berhasil menuntaskan bacaan tentang RSM. 

Teknik penulisannya, dalam menuangkan ide-ide mampu dicerna dengan baik oleh saya selaku pembaca. Dan yakin siapa pun yang telah membaca Ranah Satu Muara masih terhipnotis dengan kegigihan seorang Alif untuk mendapatkan beasiswa S2. Tentang perjuangannya melamar Dinara, gadis campuran jawa minang yang akhirnya menjadi pelabuhan terakhir pemuda lulusan Hubungan Internasional, Unpad Kota Bandung.

Buku ini di tulis oleh lelaki penyuka fotografi. Kelahiran Bayur, kampung kecil yang terletak di pinggir Danau Meninjau. Siapa lagi kalau bukan A. Fuadi. Dalam ranah tiga warna, penulis mengajak kepada para pembaca untuk tidak meremehkan mimpi-mimpi. Menurutnya, impian tetap harus dibela walau hidup digulung nestapa tak berkesudahan. Karena sungguh Tuhan (Allah) bersama orang yang sabar. 

Setelah membaca beberapa tema kecil yang terbubuh di dalam RTW, saya seolah mendapat pukulan dari tangan penulis. Bagaimana tidak, Alif seorang pemuda kampung ini harus jatuh bangun dahulu untuk menggenggam mutiara bernama sukses. Terlebih setelah ayahnya yang harus pulang lebih dini ke haribaanNya. Melakoni berbagai macam peran, semisal penjual alat kosmetik. Menjual kain songket milik keluarga sahabatnya randai. Sampai akhirnya dia berhasil mengikuti program pertukaran pelajar di Quebec Kanada. Selama menjadi tamu di negeri maple, Alif selalu berupaya melakukan yang terbaik demi mengharumkan nama bangsa terlebih Amak dan dua orang adiknya. 

Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa dan sabar yang berlebih-lebih. Dan ingatlah, bahwa Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik untuk orang yang bersabar.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri