Oleh : Maria Ulfa
Saat kendaraan berlalu lalang melintas keramaian kota, aku masih saja memikirkan keadaanmu.
Tentang semalam yang berujung peluh kecewa.
Kekasih, aku mencintaimu tanpa tapi namun keadaan memaksa jua.
Maaf bila akhirnya aku berjalan mundur lantas menutup pintu erat-erat hingga kubangun sekat yang begitu langit.
Dan tak ada lagi celah untuk kau singgah.
Aku pamit, sementara kita kunci pertemuan dalam masa yang entah.
Aku percaya jikalau nama kita sudah terpatri pada kertas rahasiaNya, setinggi jarak membatasi, seluas samudera menghalangi semua akan pupus tersingkir jemari Tuhan.
Kebersamaan akan menghampiri dan kini biar kenyataan yang datang mengasuh, mengikhlaskan tanpa rusuh mengembalikan semua pada sang Esa.
Karawang, 10 Mei 2016
Saat kendaraan berlalu lalang melintas keramaian kota, aku masih saja memikirkan keadaanmu.
Tentang semalam yang berujung peluh kecewa.
Kekasih, aku mencintaimu tanpa tapi namun keadaan memaksa jua.
Maaf bila akhirnya aku berjalan mundur lantas menutup pintu erat-erat hingga kubangun sekat yang begitu langit.
Dan tak ada lagi celah untuk kau singgah.
Aku pamit, sementara kita kunci pertemuan dalam masa yang entah.
Aku percaya jikalau nama kita sudah terpatri pada kertas rahasiaNya, setinggi jarak membatasi, seluas samudera menghalangi semua akan pupus tersingkir jemari Tuhan.
Kebersamaan akan menghampiri dan kini biar kenyataan yang datang mengasuh, mengikhlaskan tanpa rusuh mengembalikan semua pada sang Esa.
Karawang, 10 Mei 2016
Komentar
Posting Komentar