Kau Kemana?
Ketika semburat di sudut kota mulai padam. Ketika derap para pendorong gerobak telah usai meninggalkan jalanan, lengang seorang diri. Seperti saat kau putuskan lari dari cerita yang telah kita sepakati.
Aku pikir sedetik sebelum waktu menjamah kita pada fase tak bernama. Ponsel yang kuasingkan di bawah ranjang--berdering.
Sebuah pesan dan barisan huruf mesra berjatuhan di muka layar. Memberi kabar, bahwa kau sedang bercanda dan mengalami debar yang serupa. Ah, angan-angan ini terlalu sarat untuk kurajut lebih lama di lembaran penuh ilusi.
Sementara kesenyapan semakin menjadi, namamu tak kunjung menghampiri. Kau kemana? aku menunggu sedari awan hitam bergumul, memagari dua kelopak bundar yang lama tak tersentuh ceracau kemarau.
Bisakah kau bangunkan ayam lalu bisikan nyanyian di telinganya, agar fajar kembali menyapa.
Aku takut jika tersemat namamu berkali-kali malam enggan habis dan langit tetap mengakrabi nasib si penunggu;aku.
Komentar
Posting Komentar