Sekilas Putih Abu-Abu

Oleh: Maria Ulfa

Dulu, semasa duduk di bangku putih abu-abu saya paling suka mengumpulkan kata-kata menyambut bulan ramadhan, tetapi sekarang, pesan dari teman-teman atau sanak saudara pun sudah tidak memadati layar ponsel.

Boleh jadi, beberapa lapisan masyarakat mulai dari kalangan anak-anak, remaja atau bahkan orang dewasa sudah tidak canggung mengikuti perkembangan arus masa kini. Dari yang biasanya mengirim pesan teks singkat telah beralih menggunakan broadcast di beberapa akun sosial, bbm, wa, atau aplikasi jenis lain yang serupa.

Dan ini bukan masalah bagi saya. Adalah wajar, yang terpenting maksud hati tetap sama, saling memafkan, menyambung kembali tali persaudaraan yang telah terputus waktu.

Tetapi yang menjadi benang kusut dalam postingan kali ini, perihal rangkaian kata-kata yang tersebar. Siapa dan dari mana sumber kalimat yang tersebar itu? internet kah?kiriman teman lalu di edit dengan nama kita? atau memang tulisan kita sendiri? wah ini pernyataan yang menarik.

Hey bukankah ada banyak kata-kata yang di tumpah semesta lewat alam yang luas ini. Suka tidak suka, mahu tidak mahu kita harus merangkainya dengan passion kita masing-masing.

"Tapi, kalau menggunakan tulisan saya pasti jelek Kak!! Saya kurang mahir meracik kata-demi kata." (semisal)

Biarlah tulisan kita biasa, tidak mengandung serbuk-serbuk putis yang terpenting tulisan itu berasal dari rahim nalar kita. Jika yang sederhana saja sudah indah, mengapa harus berlari mengejar yang sempurna?

Percayalah, mereka telah bersusah payah menuangkan isi kepalanya dalam goresan tinta. Lantas tanpa merasa bersalah kita mengutip karya tersebut tanpa membubuhkan nama sipemilik karya. Menjadi diri sendiri lebih membanggakan. :)

Marhaban ya Ramadhan!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Yang Salah

Cerita Ephemera Istimewa

Review Dawai Cinta Tanpa Nada - Ansar Siri